MALANG, SUATADATA.com-Jamaah sholat subuh di Masjid Al Falah nuansanya sedikit berbeda dari hari sebelumnya. Sebab, Wali Kota Malang, Sutiaji bersama jajarannya turut berjamaah di dalamnya pada akhir pekan.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Malang, Sutiaji selain mengajak jajarannya untuk menunaikan ibadah sholat subuh berjamaah. Juga bisa mendengarkan aspirasi dari para jamaah di masjid tersebut.
“Yang sejauh ini, informasinya didapatkan beberapa jamaah terjerat hutang di bank thitil (rentenir). Sehingga dibutuhkan dialog bersama, guna mencarikan solusinya,” jelas salah seorang pengurus takmir Masjid Al Falah Gadang, Haris, Minggu (8/1/2023).
Lebih jauh dikatakan Haris, pihaknya sejauh ini telah mencanangkan program Muzakki ke Mustahiq (M to M). Guna membantu meringankan beban warga di sekitarnya dengan menyalurkan zakat secara tepat sasaran. Karena itu sebuah bentuk dukungan dan kepedulian ‘Aku Cinta Zakat’.
“Tapi pada perjalanannya, masih ada persoalan serius lagi. Terdapat beberapa jamaah terjerat bank thitil. Dirasakan sangat memberatkan bagi korbannya. Oleh karenanya, kami membutuhkan dukungan dan kepedulian Pemkot Malang ikut membantu menuntaskan persoalan tersebut,” kata Haris lagi.
Sementara itu, Wali Kota Malang, Sutiaji yang mendengarkannya saat itu merespon serta menuturkan, apa yang menjadi keluhan dari takmir masjid dan jamaah. Pihaknya pun mengajak agar ada komitmen atau keseriusan bersama.Menggelorakan aksi gerakan sedekah seribu tiap hari (Gerbu).
“Hal itu sudah berlangsung lama di lingkungan Pemkot Malang. Ke depannya, para pengurus takmir masjid dan jamaah dimana pun berada. Bisa mengamalkannya, dan bisa membantu mengatasi seperti permasalahan saat ini,” tuturnya.
Menurut dia, Gerbu salah satu model pemberdayaan ekonomi dan jaringan sosial berbasis umat. Memberikan dampak positif bagi umat, selain mengentas persoalan rentenir. Termasuk membantu kesejahteraan umat atau masyarakat.
“Akan tetapi, harus terbangun dengan kuat dan istiqomah terhadap kepercayaan publik. Mengingat pada realitanya, mengajak kebaikan terkadang tidak selalu linier dengan pelaksanaannya,” ujar pria gemar berolahraga bulutangkis.
Lanjut dia lagi, hal lainnya terkadang ada pemikiran yang memberatkan atau ada prasangka kurang baik (su’udzon). Menanyakan aliran uangnya kemana dan buat apa saja. Terburuk lagi timbulnya pemikiran, apakah hasilnya tidak diselewengkannya.
“Jika pemikiran itu lebih menguasai dari pemikiran banyak orang. Sudah bisa dipastikan tidak bakalan berjalan dengan baik. Jadi untuk bisa membangkitkan Gerbu dengan mudah dan berkembang cepat, harus dilandasi pemikiran positif (husnudzon),” tegasnya.
Sutiaji menerangkan, Gerbu pada pelaksanaannya tidak perlu tiap orang. Sekiranya dirasakan keberatan, tapi cukup tiap Kepala Keluarga (KK). Bisa terhitung berapa nilainya yang terkumpul tiap harinya, bulan hingga tiap tahunnya.
Selain Gerbu, ada pula program pinjaman uang tanpa bunga atau tanpa riba’. Warga atau jamaah masjid bisa memanfaatkannya. Yakni OJIR (Ojo Percoyo Karo Rentenir).
“Ditangani oleh BPR Tugu Artha Sejahtera. Sejauh ini telah sukses menerima Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Award 2020. Warga dan para jamaah masjid bisa datang langsung ke BPR, untuk mendapatkan penjelasannya lebih detail,” terang dia.(Iwn/And/Red)
0 Comments