Lestarikan Budaya, Warga Tuban Lakukan Ritual Beli “Banyu Nggawan”

Prosesi tradisi tuku banyu nggawan untuk anak-anak di Desa Kebomlati, Kecamatan Plumpang Tuban.

Reporter: Nursalam

TUBAN, SUARADATA.com-Guna melestarikan budaya tradisional dari nenek moyang, warga Desa Kebomlati, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban Jawa Timur melakukan ritual Tuku Banyu Nggawan (Beli Air Bengawan Solo.red) atau yang disebut dengan ritual mandi air Bengawan Solo.

Ritual dilakukan sejak turun temurun tersebut diperuntukkan bagi anak-anak yang menginjak usia tujuh bulan hingga dua tahun. Selain itu, ritual tuku banyu gawan ini juga diperuntukkan bagi warga pendatang.

Sebelum dilakukan ritual, para peserta terlebih dahulu diarak oleh warga desa dengan menggunakan musik dari alat dapur yang dipandu oleh sesepuh desa. Kemudian, dilanjutkan tanduk upacara adat dan doa bersama yang dipandu oleh tokoh agama. Setelah itu satu persatu peserta dimandikan dengan air Bengawan Solo.

Kepala Desa Kebomlati, Munijan mengatakan, tradisi ini merupakan turun temurun yang harus dijaga. Tujuanya, agar diberikan keselamatan oleh Allah SWT terhadap marabahaya yang terjadi di air. Mengingat kondisi wilayah Desa Kebomlati berdampingan langsung dengan sungai terpanjang di pulau Jawa.

“Ini tradisi turun-temurun yang terus dijaga hingga kini, harapannya kita diberikan keselamatan oleh sang pencipta,” ungkapnya.

Mengingat sudah menjadi tradisi, sehingga anak kecil maupun yang dewasa yang belum beli air nggawan diharuskan segera membeli. Mereka membeli air seharga Rp 500-1000 rupiah dalam bentuk koin untuk mandi. Bahkan, bisa lebih dan uangnya dilempar di sungai.

“Ritual itu bisa dilakukan sewaktu -waktu, namun kali ini kita lakukan bersama-sama atau berbarengan,” tuturnya.

Sementara itu, Ayu Rahmawati salah satu peserta yang memandikan putrinya di sungai bengawan mengatakan, ini memang menjadi tradisi bagi warga sekitar.

Pihaknya mengaku baru pertama kali ikut tuku banyu nggawan bagi anaknya Gina Aulia Sarifa yang berumur dua tahun. Karena baru memiliki satu anak.

“Ini baru pertama, sudah menjadi tradisi warga sini sebagai ungkapan wujud syukur,” pungkasnya.(Sal/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top