Datang Ke-Tuban, Jokowi Cek Kesiapan Kilang TPPI Jadi Industri Petrokimia Terintegrasi

Presiden RI, Jokowi didampingi Menteri BUMN setelah meninjau lokasi kilang minyak

TUBAN-Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo didampingi istri, Iriana Joko Widodo, Menteri BUMN, Erick Thohir, Komisaris dan Direktur Pertamina, Gubernur Jatim bersama Bupati Tuban, H. Fathul Huda meninjau langsung kawasan TPPI yang akan dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional di Tuban, Sabtu (21/12/2019).

Jokowi dan rombongan datang ke Tuban guna mengecek kesiapan Pertamina dalam mengembangkan area kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) menjadi pusat industri petrokimia yang terintegrasi dengan kilang nasional.

Kepada awak media, Presiden menjelaskan, Kilang TPPI merupakan salah satu kilang terbesar di Indonesia yang menghasilkan banyak produk petro kimia dan BBM. Produk tersebut diantaranya seperti premium, Pertamax, LPG dan yang lainnya.

“TPPI merupakan salah satu kilang terbesar di Indonesia yang menghasilkan banyak produk petro kimia dan BBM,” unngkapnya saat berada dilokasi TPPI.

Presiden Jokowi menargetkan, seluruh pengerjaan pengembangan harus rampung dalam kurun waktu 3 tahun. Saat ini saham PT. TPPI sebanyak 98 persen telah dimiliki negara, sisanya 2 persen harus dituntaskan di Januari 2020.

“Diharapkan jika nantinya sudah dapat berproduksi maksimal, mampu menghemat devisa negara sebesar 56 triliun, dan menghentikan ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM,” tuturnya.

Presiden kelahiran Solo ini, jika terealisasi maka account deficit atau neraca devisit akan jauh lebih baik. Salah satu kuncinya ada di Petro Kimia. Tidak hanya itu langkah ini masuk dalam agenda besar negara yang bisa menyelesaikan persoalan yang ada selama ini.

“Pastinya bisa menghemat devisa negara,” paparnya.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, peluang pasar bisnis petrokimia di Indonesia sekitar Rp 40 – 50 triliun per tahun. Selain itu, bisnis petrokimia mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.

“Pembangunan komplek industri Petrokimia akan lebih menjamin keberlanjutan bisnis perseroan, karena sesuai dengan trend bisnis masa depan,” ujar Nicke.

Pembangunan industri Petrokimia, lanjut Nicke, juga akan lebih efisien karena dintegrasikan dengan kilang. Sehingga, produk samping petrokimia dapat dimanfaatkan kembali oleh kilang baik untuk bahan bakar kilang itu sendiri maupun dapat menjadi produk BBM.

“Infrastruktur penunjang dan utilitas dapat juga dimanfaatkan secara bersama-sama dengan menurunkan biaya energi hingga 10 persen dan biaya personel turun 10 persen. Sehingga, biaya operasional turun sampai 15 persen,” imbuh Nicke.

Pada saat yang sama, melalui proyek RDMP dan GRR, Pertamina juga sedang membangun kilang Tuban dengan investasi US$16 miliar. Kilang ini nantinya memiliki fasilitas produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.200 ktpa, paraxylene 1.300 ktpa dan polyethylene 750 ktpa.

“Pembangunan industri petrokimia nasional akan turut memperkuat neraca perdagangan, menghemat devisa dan mengurangi impor bahan baku dan produk petrokimia,” pungkas Nicke.(Sal/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top