Kilas Peristiwa

Dinamika Pembangunan Kayutangan Heritage di Kota Malang

Wali Kota Malang, Sutiaji bersama anggota DPRD Kota Malang, Arif Wahyudi berada di atas rel kereta api bekas trem tinggalan zaman Belanda, tetap dipertahankan keberadaannya di kawasan Kayutangan Heritage, Foto: AFD

MALANG, SUARADATA.com-Penemuan rel kereta api (trem) peninggalan zaman belanda di area pembangunan Kayutangan Heritage langsung disikapi Wali Kota Malang, Sutiaji.

Wali Kota Malang, Sutiaji mmenghendaki rel kereta api tinggalan zaman belanda ini tetap dipertahankan. Nantinya bisa disiasati penunjukkan adanya bekas trem di kawasan Heritage ini.

Selanjutnya, proyeksi Kayutangan Heritage ini berkonsep memberdayakan warga sekitar dalam menumbuhkan perekonomian rakyat. Warga bisa berkarya untuk usahanya semisal jualan beraneka olahan makanan bagi tamu wisatawan.

“Kawasan Heritage ini tidak boleh sampai ada PKL, hanya hasil karya kreatifitas dan inovasi yang disajikan seperti lukisan atau bentuk seni lainnya. Tidak menutup kemungkinan, diskusi kecil – kecilan pun bisa digelar di sini,” kata Sutiaji.

Sikap Anggota DPRD

Anggota DPRD Dapil Klojen, Arif Wahyudi turun tangan ke warga membantu mencarikan solusi bagi warga terdampak atas pembangunan Kayutangan Heritage. Aspirasi warga terdampak sudah ditampung dan dalam waktu dekat akan mengajak duduk bersama.

“Keluhan warga bagi saya adalah cambuk untuk bisa memahami dan menyelaminya. Tujuannya meringankan beban warga, khususnya kondisi seperti saat ini pandemi covid-19 dan penutupan lokasi usaha terkait Kayutangan Heritage selama sebulan lebih,” terang Arif.

Menurutnya, keluhan warga yang terdampak tidak hanya satu dua atau tiga orang melainkan banyak orang. “Karena saya ada wakil rakyat yang ada di DPRD, maka sudah selayaknya mendengarkan plus membantu akan keluhan warga,” ucap mantan Ketua RW 1 Bareng.

Respon Warga Terdampak

Sementara itu, warga RW 9 Oro-Oro Dowo bernama Raffi, Kusnadi Siswaji memastikan terkait pekerjaan pembangunan Kayutangan Heritage belum mendapatkan sosialisasi di kampungnya.

“Kami selama sebulan mesti gimana, untuk menghidupi keluarga dengan kondisi seperti saat ini. Sudah diterpa pandemi ditambah penutupan akses usaha,” pungkas mereka bertiga.(Afd/And/Red)

Suara Data Network

assalamualaikum

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button