Harga Sembako di Tuban Melonjak, Begini Tanggapan Pemkab

Kepala Diskoperindag Tuban, Agus Wijaya saat melakukan pengecekan harga beberapa komoditas bahan pokok di Pasar Baru Tuban.

Reporter: Nursalam

TUBAN, SUARADATA.com- Menjelang pergantian tahun, sejumlah harga komoditi kebutuhan pokok di wilayah Kabupaten Tuban mulai merangkak naik.

Seperti yang terpantau dari pasar Kecamatan Senori, Pasar Bangilan, Pasar Baru Tuban dan Pasar Pramuka, beberapa komuditas seperti minyak, cabai rawit, hingga telur naik secara signifikan.

Dimana harga cabai rawit menyentuh hingga 85 hingga 90 ribu rupiah yang biasanya harga standar berkisar antara 29 hingga 31 ribu rupiah. Selain itu minyak goreng kemasan juga mengalami kenaikan hingga 40 persen atau naik 10 ribu rupiah, kemudian telur yang naik menjadi 30 ribu rupiah, yang biasanya di kisaran harga 26 ribu rupiah.

“Kenaikan harga terjadi di seluruh wilayah termasuk Kabupaten Tuban,” kata Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Tuban Agus Wijaya, Jum’at (31/12/2021).

Lebih lanjut, Agus mengatakan untuk kenaikan harga minyak goreng, dipicu oleh kebijakan pemerintah pusat mengenai pelarangan pengedaran minyak curah per 1 Januari 2022 mendatang. Meski larangan tersebut akhirnya dicabut, lantaran kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil/CPO masih terjadi di pasar dunia. Nyatanya, harga minyak dalam negeri masih tinggi.

“Ini masih menjadi penyebab utama, meskipun persediaan mencukupi,” tambahnya.

Untuk komoditi telur, Agus menjelaskan, secara nasional harga pakan mengalami kenaikan, sehingga berpengaruh pada biaya produksi dari para peternak. Selain harga pakan, permintaan pasar yang begitu besar juga turut andil terjadinya kenaikan. Meskipun di Kabupaten Tuban jumlah produksi masih bisa mencukupi kebutuhan, akan tetapi harga secara otomatis mengikuti tren pasar.

“Kita sebenarnya masih berkomunikasi dengan para peternak lokal, jika memang stok mencukupi, apakah ini karena harga pakan naik atau gimana,” jawab Agus.

Sedangkan, untuk komoditas cabai rawit yang kini mencapai 90 ribu rupiah perkilo, pihaknya mengungkapkan, jika kenaikan terjadi akibat tidak ada panen dalam dua bulan berturut- turut. Hal ini terjadi karena kondisi cuaca dimana curah hujan cukup tinggi, sehingga membuat petani tidak menanam dalam dua bulan terakhir. Otomatis, hal tersebut berdampak pada stok cabai rawit yang menipis.

“Kita cek dilapangan memang tidak ada panen, jadi produsen tidak bisa memenuhi permintaan. Padahal dibulan bulan ini banyak yang mengadakan hajatan,” terangnya.

Sementara itu, untuk menyiasati harga minyak goreng yang masih cukup tinggi. Diskoperindag Provinsi bersama Pemkab akan menggandeng Bulog untuk kembali melakukan operasi pasar Minyak Goreng.

“Setelah menggandeng PT. Wings untuk melaksanakan Pasar Murah di beberapa pasar di Kota Tuban, Pemkab akan kembali menggelar Pasar Murah Minyak Goreng yang bekerjasama dengan Bulog. Pasar murah ini difokuskan hanya untuk para pedagang atau UMKM yang bergerak dibidang makanan,” tuturnya.

Menurutnya, kenaikan harga minyak goreng telah mempengaruhi produksi UMKM lokal khususnya para pengusaha makanan. Untuk itu, agar diharapkan pasar murah dapat menstimulus masyarakat untuk bisa melanjutkan usaha.

“Program Pasar Murah Minyak Goreng akan terus dilakukan selama harga minyak masih tinggi,” lanjut Agus.

Adapun nantinya, operasi pasar tidak hanya dilakukan untuk komoditi minyak goreng saja, akan tetapi telur, cabai rawit dan lainnya. Ini perlu, sebab dampak naiknya harga bahan makanan termasuk minyak goreng telah menyumbang inflasi dalam daerah sekitar 2 persen.

“Inflasi terjadi hingga 2 persen karena dipicu naiknya bahan makanan,” pungkasnya.(Sal/Ru/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top