Rencana Berjalan Pada 2025, Pertamina-Rosneft Teken Kontrak Desain Kilang Tuban
TUBAN-PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia merupakan usaha patungan antara Pertamina dan Rosneft PJSC telah menandatangani perjanjian dengan Spanish Tecnicas Reunidas SA untuk melaksanakan Basic Engineering Design (BED) dan Front-End Engineering Design (FEED) terkait proyek pembangunan kompleks kilang minyak dan petrokimia di Tuban, Jawa Timur. Penandatanganan tersebut dilakukan di Moskow, Rusia pada Senin (28/10).
Dalam releasenya VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman pada (30/10/2019), menungkapkan, PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia merupakan joint venture yang telah dibentuk sejak Oktober 2016 dengan kepemilikan saham Pertamina sebanyak 55 persen dan Rosneft 45 persen sisanya.
“Usaha patungan dua perusahaan migas ini dibentuk dengan melihat kondisi pasar dan prospek pertumbuhan Indonesia yang menjanjikan,” jelasnya
Hal ini yang kemudian mendorong Pertamina dan Rosneft bersepakat untuk mengembangkan konsep komplek kilang dan petrokimia yang memiliki daya saing tinggi. Bahkan, pabrik tersebut nantinya diprediksi akan menjadi salah satu kilang dengan teknologi tercanggih di dunia (dengan indeks kompleksitas Nelson mencapai 13.1).
“Kilang Tuban didesain untuk memiliki kapasitas pengolahan utama hingga 15 mmta. Sedangkan, sebagian diantaranya akan mengolah Petrokimia seperti produk Etilen sebanyak 1 mmta dan hidrokarbon aromatik sebanyak 1,3 mmta,” tuturnya.
Ia menambahkan, proyek tersebut akan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia. Baik dalam penyediaan infrastruktur yang diperlukan maupun kebutuhan lainnya. Kilang Tuban rencananya akan mulai berjalan pada tahun 2025.
“Dari titik inilah, klaster industri kimia baru akan tercipta di Tuban,” ujarnya.
Bagi Pertamina penandatanganan kali ini merupakan tonggak penting atas kemajuan proyek Kilang Tuban. Sebagai bagian dari New Grass Root Refinery (NGRR) yang dibangun Pertamina, Kilang Tuban akan menjadi penopang bisnis Pertamina ke depannya. Baik untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri, maupun untuk menghasilkan produk petrokimia yang bernilai tinggi. Dengan adanya tambahan kilang Tuban dan beberapa kilang lainnya, maka Indonesia diprediksi tidak perlu mengimpor BBM setelah semua proyek kilang selesai.
“Lebih dari itu, Pertamina juga bisa memasok produk hasil olahannya yang berlebih ke pasar komersial. Hal ini tentunya menjadi perhatian utama perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja dan kesejahteraan Indonesia,” bebernya.(Sal/And/Red)