Walikota Wahyu Hidayat Panen Padi 26 Ton dengan Combine Harvester
MALANG, SUARADATA.com-Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M, melaksanakan giat panen padi beralatkan mesin pertanian (alsintan) model Combine Harvester. Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan persawahan seluas empat hektare yang dipusatkan di kawasan Kelurahan Tlogowaru, Kedungkandang, Selasa (24/6/2025).
Seminggu sebelumnya, Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M, terlebih dahulu menyerahkan bantuan alsintan dari Presiden RI, Prabowo Subianto senilai Rp 500 juta tersebut kepada kelompok tani (Poktan) Makaryo, di Kelurahan Wonokoyo, Kedungkandang, Selasa (17/6/2025).
Panen padi kali ini, Walikota Wahyu Hidayat menjelaskan, dengan menggunakan mesin pertanian Combine Harvester bersama Poktan Makaryo di Kelurahan Tlogowaru berhasil memanen padi sebanyak 26 ton jumlahnya. Dari luasan sawah seluas empat hektare.
“Mampu kita selesaikan panen padi dalam waktu dua hari saja. Biasanya jika memakai tenaga manual (manusia), pada lahan seluas empat hektare. Info kami terima dari Poktan, memakan waktu dua minggu lebih. Belum lagi, membutuhkan tenaga panennya sekitar delapan orang,” jelasnya.
Diakuinya, keberadaan bantuan alsintan Combine Harvester dari Presiden RI dinilai sangat membantu sekali. Sekaligus meringankan pelaksanaan proses panennya bagi Poktan di lapangan. Perbandingan hasilnya sangat jauh, antara dikerjakan secara manual dengan mesin pertanian tersebut.
“Dikerjakan secara manual memakan waktu dua minggu lebih, dengan dikerjakan pakai Combine Harvester cukup dua hari saja. Ditambah lagi, tiga tahapannya proses panen sudah bisa dirangkum jadi satu di mesin tersebut. Tentunya ini sangat meringankan sekaligus mempercepat atau menyingkat proses panennya,” gamblangnya.
Sambung dia, jadi mesin pertanian Combine Harvester ini selain sangat menunjang untuk panen padi. Keberadaannya juga menghemat biaya, waktu, tenaga serta mempercepat sekaligus meringankan hasil pekerjaan bagi Poktan di lapangan.
“Kami menilai alsintan ini efektif, efisiensi dan praktis pemakaiannya. Hanya saja harganya yang sangat mahal, apakah Pemkot Malang melalui Dispangtan akan ada pengadaan selanjutnya. Kita mesti kroscek kemampuan APBD Kota Malang, pembangunan prioritas lainnya patut dipikirkan. Ditambah lagi, ada kebijakan efisiensi anggaran bagi daerah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,” sambung Wahyu.
Suami dari Hanik Andriani ini menegaskan, keberadaan alsintan Combine Harvester di Kota Malang diharapkan mampu menjaga, mengembangkan serta meningkatkan olah pertanian di Kota Malang. Dukungan dan kerjasama serta keseriusan Gapoktan, mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan lebih kuat lagi.
“Kami berpesan alsintan merupakan penunjang, memudahkan dan meringankan kerja Poktan di lapangan. Kemauan dan kemampuan SDM Poktan juga butuh dikembangkan inovasi dan kreasinya. Sebab, tenaga panen saat panen berlangsung. Kita akui masih kekurangan, hingga melibatkan warga dari Kabupaten Malang,” tegasnya.
Terpisah, Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan Hariyadi menginformasikan, panen padi sebanyak 26 ton dari luasan sawah empat hektare dan setiap hektarenya menghasilkan 6,5 ton. Seluas itu ternyata bisadiselesaikan dengan alsintan Combine Harvester cukup dua hari.
“Selama bantuan alsintan Combine Harvester belum ada, para petani kita dalam panen padi. Seluas empat hektare tersebut, dengan tenaga manusia (manual) sebanyak delapan orang. Memakan waktu dua minggu lebih. Belum lagi, dilewatinya dengan proses tiga tahapan panen untuk mendapatkan hasilnya,” terang Slamet.
Jika dijabarkan proses panen padi secara manual, mantan Kabid di DKP ini menyebutkan, pertama proses pemotongan (ngarit padinya), kedua digeblok (dipisahin) buliran padinya pasca dipotongi. Dilanjutkan dengan memasukkan ke karung atau sak.
“Tapi ketika kita pakai mesin Combine Harvester, tiga pekerjaan panen tersebut. Dapat dirangkum jadi satu dalam panen untuk menyelesaikan, waktunya pun hanya dua hari saja. Sepanjang proses panen padi sebanyak 26 ton, kami mendapati gabahnya sebanyak 60 sak. Dan setiap satu saknya berisikan 60 kilogram gabah,” bebernya.
Selain dari itu, lanjut Slamet, penggunaan mesin Combine Harvester saat panen padi di lapangan. Lebih rapi dan bersih, sebab pada mesin itu ada alat yang memilah atau memisahkan. Untuk itu, karena mesin Combine Harvester hanya ada satu, dua puluh Poktan di Kota Malang.
“Kami berharap mereka bisa memanfaatkan secara bergantian, sesuai kebutuhan dan pemanfaatannya. Ke depannya, apakah Dispangtan akan melakukan pengadaan. Kami belum berani memastikan terkait hal itu, karena menyesuaikan DPA yang kami punyai,” pungkasnya.(Iwan/And/Red)