Siswi MTs Negeri 1 Kota Malang Ciptakan Beras Analog Bernutrisi

Wali Kota Malang menyerahkan penghargaan kepada dua siswi MTs Negeri 1 Kota Malang pencipta beras analog bernutrisi

MALANG-Dania Wijayanti dan Rizqina Faizana, dua siswi kelas VIII dan IX MTsN 1 Kota Malang berhasil menjuarai Inotek (Inovasi Teknologi) 2019 kategori bidang Agribisnis.

Kedua siswi tersebut berhasil menciptakan inovasi metode LOGAN (low glycemic and high nutrition analog) RICE, akrabnya disebut beras analog bernutrisi. LOGAN RICE berbahan dasar bayam dan thiwul (singkong) serta ubi Ganyong.

Diproses sedemikian rupa hingga menjadi beras atau nasi buatan. Sedangakan, beras analog cocok bagi penderita diabetes, sekaligus baik dikonsumsi untuk kesehatan.

Diketahui, inotek 2019 diselenggarakan oleh Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Barenlitbang) Kota Malang. Diikuti sejumlah ratusan peserta mulai perguruan tinggi, SMP/SMA, lembaga swasta maupun masyarakat biasa. Digelar di Hotel Savana Malang, Kamis (29/8/2019).

Wali Kota Malang, Sutiaji menyampaikan, ajang kompetisi Inotek yang digelar keempat kalinya ini berupaya mewadahi kemampuan kreatifitas dan inovasi masyakarat untuk lebih berkembang. Semakin banyak masyarakat Kota Malang berkreasi dan berinovasi, menunjukkan Kota Malang semakin kuat sebagai kota kreatif. Harapannya, dari kompetisi Inotek ini untuk meningkatkan kemajuan bangsa khususnya dibidang teknologi.

“Selain itu, pemerintah ingin mempercepat pembangunan IPTEK melalui penggalian inovasi teknologi atau sumber daya IPTEK,” paparnya.

Menurutnya, potensi SDM warga Kota Malang cukup tinggi dan perlu didorong atau diasah lebih tajam. Tujuannya agar ada terobosan, inovasi baru, mendukung dan membantu program pembangunan daerah.

“Kami memimpikan hal itu bertekad menghasilkan daya saing plus bisa menyejahterakan warga Kota Malang,” tuturnya.

Sebagai Juara 1 Inotek 2019 bidang Agribisnis, Dania bersama Rizqina mengaku, ide tersebut muncul kerap mendengarkan harga beras cukup mahal. Disamping itu, ada baiknya diperuntukkan bagi orang diabetes yanh notabenenya tidak boleh banyak mengkonsumsi nasi.

“Sekitar Maret hingga Mei 2018, kami berdua mulai mengumpulkan buku-buku literasi untuk mempelajarinya. Pada Agustus 2018, baru mengaktualisasikan secara berkelanjutan,” cerita mereka berdua.

Ia menambahkan, keberhasilan mereka tidak lepas dari dukungan dan support pihak madrasah. Mulai dari bahan, penelitian, hingga proses finishing madrasah banyak menyupport.

“Kami saat ini masih ingin mematangkan lagi, agar karya kami berdua siap dinikmati masyarakat. Untuk HAKI akan dipikirkan sambil jalan,” pungkas mereka.(Iwa/Fat/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top