Gus Fawait: Pesantren Kunci Entas Kemiskinan di Jatim

Gus Fawait saat road show Apel Sholawat Kebangsaan di wilayah Jember – Lumajang. foto: istimewa.

SURABAYA, SUARADATA.com-Kemiskinan selalu menjadi masalah krusial di negeri ini, termasuk di Jawa Timur. Kemiskinan yang mayoritas terdapat di pedesaan dan diantaranya karena keterbatasan akses pendidikan.

Mengenai angka kemiskinan yang masih tinggi di Jawa Timur langsung mendapatkan respon dari Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Jatim, Muhammad Fawait. Menurut Gus Fawait sapaan akrabnya menilai, bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua yang banyak terdapat di pedesaan bisa menjadi solusi pengentasan kemiskinan di Jawa Timur. Apalagi masyarakat pedesaan bisa memperoleh akses pendidikan dari pesantren.

“Rata-rata orang yang berada di garis kemiskinan, tingkat pendidikan mereka minim. Saya kira pesantren bisa menjadi kunci pengentasan kemiskinan di Jatim, lewat kesempatan mendapatkan pendidikan,” tutur Gus Fawait dalam releasenya yang diterima SUARADATA.com, pada Minggu (25/12/2022).

Gus Fawait yang juga Presiden Laskar Sholawat Nusantara ini menyatakan, besarnya potensi pesantren selama pihaknya melaksanakan road show Apel Sholawat Kebangsaan. Apalagi Jawa Timur sendiri provinsi dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di nusantara.

Dalam pengamatannya, pesantren terbagi menjadi tiga, yakni besar, sedang dan kecil. Pesantren besar, jumlah santrinya lebih dari 10.000. Pesantren sedang, jumlah santrinya di atas 1.000. Pesantren kecil, jumlah santrinya di bawah 1.000. Semuanya rata-rata tersebar di wilayah pedesaan.

“Banyaknya jumlah pesantren di Jawa Timur adalah sebuah keberkahan. Sebab keberadaan pesantren akan menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar,” paparnya.

Ia menambahkan, selain melalui pesantren, masyarakat bisa mendapatkan akses pendidikan. Banyak di sejumlah daerah pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang ada.

Sehingga, pesantren perlu dukungan Pemprov Jatim dalam peningkatan kualitas pendidikan. Diataranya dengan fasilitas penunjang untuk mengikuti perkembang zaman.

“Saat ini adalah era digitalisasi. Sehingga santri dituntut paham tentang perangkat digital dan penggunaannya,” uraianya.

Sementara itu, terkait kemampuan santri untuk sebaiknya harus lebih bisa beradaptasi dengan dunia luar. Oleh karena itu perlu adanya penguasaan bahasa asing. Guna mendukung hal itu pesantren harus menyiapkan laboratorium teknologi dan bahasa.

“Selama ini perhatian Ibu Gubernur sudah luar biasa terhadap pondok pesantren. Tinggal kolaborasi dengan OPD terkait seperti BPSDM. Dengan bekal pendidikan penunjang, maka santri menjadi sumber daya manusia yang berakhlak dan berilmu,” tutupnya.(Di/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top