ISNU Bojonegoro Siapkan Santri Perdamaian

BOJONEGORO, SUARADATA.com-Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur menggelar webinar nasional dengan tema “Meneguhkan khittah serta peran santri dan pemuda dalam menebar pesan perdamaian dan menangkal narasi kekerasan diera millenial”, pada Kamis (29/10/2020).

Webinar nasiona itu dihadiri secara virtual oleh Dr KH Ali Masykur Musa, MS.i selaku ketua umum PP ISNU, Prof Dr HM Mas’ud Said yang juga ketua PW ISNU Jawa Timur dan dr H. Kholid Ubed, SpPD, mantan ketua PC ISNU Bojonegoro yang sekarang menjabat ketua PCNU Bojonegoro dua periode. Serta H.Yogi Prana Izza, Lc MA, Ketua PC ISNU Bojonegoro dan dimoderatori Dr Hamam Burhanudin.

Ketua PC ISNU Kabupaten Bojonegoro, H.Yogi Prana Izza, Lc MA mengatakan, meski saat ini sedang pandemi covid-19 tak menyurutkan para sarjana nahdlatul ulama di Bojonegoro untuk berkreasi dan berkegiatan dalam mencerdaskan anak bangsa.

ISNU berharap webinar ini bisa mewadahi para sarjana agar mempersiapkan santri perdamaian diera milenial. Termasuk mengidentifikasi akar dari narasi kekerasan.

“Menurut saya yang pertama adalah persepsi. Pasalnya pikiran, perkataan dan perbuatan berasal dari persepsi. Jika persepsi keliru, maka yang muncul dari pikiran, perkataan dan perbuatan adalah negatif,” ujar Ketua PC ISNU Bojonegoro itu.

Kata dia, saat ini banyak yang tidak bisa membedakan antara opini dan fakta. Oleh karena itu, dalam istilah sufi perlu dikedepankan Shihah al-Uqul (akal sehat) dalam memandang sesuatu.

Selanjutnya, yang kedua adalah nafsu. Sebab semua pikiran, perkataan, maupun perbuatan yang negatif, seperti menghujat, menjegal dan lain-lain sumbernya adalah nafsu.

“Oleh sebab itu, perlu yang disebut dalam tradisi spiritual sufistik dengan taharah al-qulub (pembersihan hati),” timpal Ketua ISNU lulusan Mesir itu.

H Yogi yang juga sebagai Dosen IAI Sunan Giri Bojonegoro itu menambahkan, ada dua hal yang shihhah al-uqul (akal sehat) dan taharah al-qulub. Itu merupakan tradisi spiritual yang perlu dilestarikan dan untuk melengkapi dari narasumber sebelumnya (kemandirian ekonomi, kemandirian intelektual, kemandirian gerakan), maka ditambah dengan kemandirian spiritual.

“Alhamdulillah yang ikut webinar nasional ini ada sekitar 200an peserta,” paparnya.

Sementara itu, Ketua PP ISNU, Dr Ali Masykur Musa memaparkan, banyak hal, utamanya tentang program jangka panjang 2045 atau menuju Indonesia emas. Karena PP ISNU sendiri terlibat dalam merumuskan draf naskah akademik. Terutama, arah kompetensi pendidikan generasi 2045 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Oktober 2020.

“PP ISNU dalam draft ini merumuskan spiritual-kompetensi-ketuhanan dan kompetensi kewarganegaraan,” paparnya mengawali webinar nasional.

Prof Masykur menegaskan, kompetensi ini penting karena pemuda atau santri kedepan nantknya yang akan membawa arah Negara Indonesia. Termasuk, NU dan masyarakatnya juga harus mempunyai kemandirian ekonomi sehingga tidak mudah menjadi objek.

“Pada era sekarang ini sebaiknya NU harus memiliki kemandirian ekonomi,” sarannya.

Disamping itu, Ketua PW ISNU Jawa Timur, Prof Mas’ud Said menjelaskan, terkait konsep wasathiyah (moderat) yang menjadi ciri khas NU harus dikedepankan oleh generasi muda dan santri. Menguasai teknologi sangat penting di era milenial. Karena pesan-pesan perdamaian bisa disebarluaskan melalui teknologi guna mengimbangi narasi-narasi kekerasan.

“Intelektual itu penting sekali. Karena kapasitas intelektual yang mumpuni, bangsa menjadi maju, dan narasi-narasi kekerasan akan ditinggalkan. Dalam bahasa lain, harus mempunyai kemandirian intelektual,” tandas Profesor yang juga ketua Dewan Riset Daerah (DRD) Bojonegoro itu.

Ditempat yang sama, Ketua PCNU Bojonegoro, dr H.Kholid Ubed, SpPD mengungkapkan, melihat pada sejarah, kasus kekerasan yang disebabkan bukan karena perseteruan akidah, tetapi karena politik. Padahal politik itu adalah satu bentuk gerakan yang tidak bisa ditinggalkan untuk kebaikan. Sehingga, seharusnya orang sadar bahwa pergesekan politik tidak harus saling baku hantam dan menghunus pedang.

“Jika warga NU sudah mandiri secara ekonomi, maka ekonomi itulah yang digunakan untuk kemaslahatan umat melalui pergerakan. Bukan sebaliknya, pergerakan digunakan untuk mencari ekonomi,” pungkas Ketua PCNU Bojonegoro dua periode itu.(Ki/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top