Menikmati Bubur Muhdor Tuban, Cita Rasa Timur Tengah yang Hanya Ada Saat Ramadan

Proses pembuatan Bubur Muhdor

Reporter: Nursalam

TUBAN, SUARADATA.com- Warga keturunan Arab di Tuban, Jawa Timur memiliki tradisi khusus ketika bulan Ramadan. Mereka biasa memasak Bubur Muhdor untuk dibagikan kepada masyarakat.

Nama Bubur Muhdor diambil dari nama masjid setempat, yang berada di Jalan Pemuda No.77, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban. Dimana tempat di mana ini dilakukan kegiatan memasak dan membagi-bagikan bubur.

Pembuatan bubur yang sempat terhenti selama dua tahun pasca pandemi Covid-19 kembali seperti biasanya.

Bubur yang dimasak sejak pukul 13.00 WIB siang dan matang pukul 15.30 WIB ini kemudian dibagikan pada pukul 16.30 WIB. Sontak masyarakat yang sudah merindukan hadirnya makanan khas yang hanya ada di bulan Ramadhan ini, langsung menyerbu.

Takmir masjid Muhdhor Agil Al Bunumay mengatakan, bubur ini tidak pernah mengalami perubahan dari segi bumbu maupun rasa. Ini merupakan masakan khas dari Masjid Muhdhor Kabupaten Tuban.

“Bahan bakunya terdiri dari beras, santan, bumbu gulai, rempah-rempah, bawang merah, bawang putih, daging kambing dan campuran lainnya,” ujarnya.

Ia mengaku tidak mengetahui secara persis sejak kapan tradisi ini dimulai. Namun ia sudah merasakan tradisi tersebut sejak dari kecil sekitar tahun 1960an. Akan tetapi menurut data yang tercatat dari sekitar tahun 1937 tradisi ini sudah ada.

“Di catatan tersebut terdata jumlah sumbangan mulai dari nominal 1 rupiah, beras bahkan kelapa. Termasuk nama Dr. Koesma juga ada di dalamnya. Bahkan mungkin juga sebagai pencetus tradisi ini,” sebutnya.

Ia menambahkan, awalnya kegiatan bagi bubur ini pada saat jaman masih susah. Diperuntukkan buat masyarakat yang kurang mampu. Selain itu untuk jamaah masjid setempat.

“Dulu dibagikan ke rumah-rumah, untuk janda-janda yang kesusahan. Diantar oleh orang yang muda-muda, hal itu berjalan hingga tahun 70 an,” imbuhnya.

Seiring perkembangan jaman, saat ini untuk pembagian bubur tersebut masyarakat yang datang secara mengantri di masjid Muhdhor.

“Sekarang sudah tidak dibatasi untuk warga sekitar Kutorejo ataupun Sidomulyo, namun warga dari mana saja datang untuk menikmati bubur ini. Tapi insyaallah untuk musholla dan langgar sekitar masih tetap di utamakan,” imbuhnya.

Ditempat yang sama salah satu warga Kutorejo Aisyah Baagil (9) mengungkapkan, merasa bahagia setelah dua tahun tidak pernah menikmati bubur Muhdhor pada bulan Ramadhan.

“Alhamdulillah sekarang ada lagi, rasanya enak sekali. Karena ada rempah-rempah dan daging kambingnya,” pungkasnya.(Sal/Ru/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top