EventsOpiniTravelUncategorized

Jejak Sinergi Menuju Kemandirian 

Oleh: Eky Nur Hadi
SUARADATA.com-TATKALA sawah dan ladang terus mengalirkan berkah, remaja tak ada yang putus sekolah. Para pemuda pun tak pernah kesulitan kerja, maka masa depan cerah terbentang di depan mata.

Sepuluh tahun belakangan, warga yang tinggal di sekitar eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) tidak lagi harus berjibaku dengan jalan rusak dan berlubang. Meski di desa, fasilitas yang mereka nikmati tak kalah dengan penduduk yang tinggal di kota. Jalan di depan rumah yang sebelumnya tanah, juga sudah berganti dengan beton. Tak ada becek yang biasanya mengganggu setiap kali turun hujan.

Perubahan wajah Bojonegoro terlihat cepat, seiring sumber-sumber minyak berhasil dieksploitasi dari perut bumi. Daerah yang sebelumnya akrab dengan sebutan Kota Ledre, kini berubah menjadi Kota Minyak. Sebab, terdapat sejumlah titik lokasi pengeboran migas di wilayah Bojonegoro.

Di Kecamatan Bojonegoro misalnya, terdapat lapangan migas Sukowati yang dikelola Pertamina EP Cepu. Di Kecamatan Gayam terdapat lapangan migas raksasa Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited. Di Kecamatan Kedewan terdapat ratusan sumur tua peninggalan Belanda yang kini dikelola Pertamina EP Cepu serta di Kecamatan Ngasem terdapat Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru yang dikelola PT Pertamina EP Cepu.

Banyaknya migas yang mengalir dari perut bumi Bojonegoro ini membawa berkah bagi masyarakat sekitar dan seluruh warga Bojonegoro umumnya. Sebab, sumber pendapatan Bojonegoro masih didominasi dari sektor minyak dan gas (Migas).

Sekitar 30 persen pendapatan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Bojonegoro dari Dana Bagi Hasil (DBH) Migas. Tercatat APBD Bojonegoro 2023 senilai Rp7,4 triliun naik di 2024 mecapai Rp8,7 triliun.

Penjabat (Pj) Bupati Bojonegoro Adriyanto mengatakan, DBH Migas dari Lapangan Banyu Urip dan beberapa lapangan migas di wilayahnya memberikan kontribusi besar dalam proses pembangunan. Sehingga, mampu membantu menangani persoalan kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan.

“Angka kemiskinan juga turut berkurang tiap tahunnya,” ujar Adriyanto Jumat, (16/8/24).

Sepanjang 2007-2024, program sosial di sekitar wilayah operasi migas yang meliputi kegiatan Program Penunjang Operasi (PPO) dan Tanggung Sosial Berkelanjutan juga telah diwujudkan dalam bentuk pembangunan infrastruktur desa, pembangunan fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan serta sarana prasarana pendidikan.

Kontribusi perusahaan untuk pembangunan infrastruktur desa, diberikan antara lain dalam bentuk perbaikan jalan utama desa, perbaikan jalan kampung, serta Rukun Tetangga (RT) baik dengan aspal hot mix maupun betonisasi.

Dilakukan pula perbaikan saluran-saluran irigasi, serta saluran drainase. Balai desa, tempat ibadah, dan gedung poliklinik desa juga sudah berdiri kokoh. Seluruhnya dilaksanakan dengan sistem swakelola masyarakat baik melalui Komite Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) maupun pihak ketiga (kontraktor) melalui proses lelang.

Sejak program itu berjalan, wajah desa binaan di beberapa desa sekitar operasi berbenah. Desa Ngampel Kecamatan Kapas Bojonegoro misalnya, yang tadinya masuk kategori Desa Tertinggal dan tak punya balai desa sejak 2007 telah mempunyai gedung untuk balai pertemuan warga dan kantor pemerintahan desa. Status desa tertinggal pun sudah hengkang dari sana.

Bukan hanya fisik yang berbenah, masa depan generasi muda pun terbangun. Sarana menimba ilmu tersebar di semua desa di sekitar lokasi operasi. Mulai PAUD, Taman Kanak kanak SD, SMP, hingga SMA tak susah dicari di Bojonegoro.

Kini, generasi muda di desa-desa sekitar lokasi sumur minyak semakin optimis menatap masa depannya. Terlebih sudah banyak saudara dan tetangga mereka, yang hidup mapan dengan bekerja di proyek migas maupun kontraktornya. Selebihnya menjadi pengusaha sukses home industry, bengkel, dan memasok barang jasa ke kontraktor.

Jejak kesejahteraan telah ditorehkan. Program-program terus berjalan berkelanjutan seiring mengalirnya minyak dan gas dari perut bumi. Masyarakat nampak tak risau meski nantinya sumber energi fosil itu tak dapat diproduksi lagi. Karena mereka telah memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, dan generasi muda yang brilian. Bekal menapak masa depan menuju kemandirian.

Sinergi Kuatkan Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan saat ini memang dipandang sebagai sebuah DNA bagi keberadaan perusahaan migas. Komitmen pembangunan berkelanjutan menjadi suatu keniscayaan yang harus menjiwai setiap jejak langkah dan tumbuh kembang perusahaan bersama masyarakat.

PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 JTB Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina misalnya, menegaskan komitmennya dalam pembangunan berkelanjutan melalui berbagai Program Pengembangan Masyarakat (PPM) guna mendukung upaya peningkatan ekonomi di Kabupaten Bojonegoro.

Sejak 2021-2024 PEPC JTB telah bekerjasama dengan beberapa LSM lokal untuk melaksanakan PPM yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan potensi sumber daya lokal seperti penyediaan akses air bersih dan sanitasi, serta meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih dari 53.000 jiwa yang tersebar di 20 desa di Kabupaten Bojonegoro bisa merasakan manfaat dari pelaksanaan program PPM JTB ini.

Sebagai upaya mendukung peningkatan daya saing sektor pertanian, PEPC bekerjasama dengan Lembaga Fospora membangun sarana prasarana pertanian dan masyarakat desa berupa pembangunan cekdam, penguatan dinding embung, pembuatan sumur bor, pompanisasi dan pipanisasi pertanian di Desa Jari, Kepo Kidul, Sugihwaras, Blongsong, Mlideg, Sugihwaras, Karangdowo, Kedungdowo dan Kumpulrejo. Dari program ini diharapkan lebih dari 100 hektar lahan pertanian akan bisa menikmati pengairan secara reguler.

Manager Communication Relation and CID PEPC Rahmat Drajat menyampaikan bahwa, program ini merupakan komitmen dari PEPC dalam rangka mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Kami berharap melalui program ini masyarakat dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian dan memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Program pengembangan ekonomi produktif juga menjadi salah satu fokus program yang dilakukan PEPC sebagai bentuk dukungan upaya pengembangan potensi sumberdaya lokal.

“Terbentuknya kawasan ekonomi produktif pedesaan di sektor peternakan ayam petelur ini, diharapkan mampu menyokong ketahanan pangan melalui peningkatan produksi telur di Bojonegoro,” pungkasnya.(Kik/Red)

Suara Data Network

assalamualaikum

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button