EventsPendidikanTravelUncategorized

Sering Alami Kerugian, Petani di Tuban Uji Coba Gunakan Drone untuk Penyemprotan Hama

Drone penyemprot insektisida.

TUBAN, SUARADATA.com-Beragam cara dilakukan oleh petani untuk membuat proses produksi pertaniannya semakin efisien.

Seperti halnya petani di Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu ini di perkenalkan cara menggunakan drone untuk menyemprotkan insektisida ke tanaman.

Penyemprotan dengan menggunakan drone ini dinilai lebih efesien dan efektif. Karena hanya memakan waktu 15-20 menit dilahan satu hektar dengan tarif Rp180 ribu per hektarnya.

“Kami menyambut baik sosialisasi teknologi drone pertanian ini,” kata Kepala Desa Sugihwaras Kecamatan Jenu, Munir Malik,” ungkapnya saat berada di lokasi, Senin (11/9/2023)

Menurutnya, ada sekitar 120 hektare kawasan persawahan di Sugihwaras yang dikelola Gapoktan dan akan mencoba teknologi ini. Sebab, dari pengakuannya petani di desanya sering mengalami kerugian terkait biaya operasional petani.

“Kita sudah berkonsultasi dengannya bahwa teknologi ini dapat menghemat hingga 50 persen biaya operasional petani,” tambahnya.

Harapan kedepan, atas nama petani ia berharap para petani dapat memperoleh keuntungan setiap panen atau setiap tahunnya. Sebab, selama ini petani di desa ini mengalami kerugian atau tidak untung sama sekali, terkait biaya menggunakan cara manual.

“Petani di Desa Sugihwaras ini sering mengalami kerugian terkait di biaya operasional petani,” tuturnya.

Terkait perbandingannya, ia terangkan jika memakai jasa sewa orang dapat mencapai minimal Rp 400 ribu per hektar dengan durasi sekitar 5 jam. Sedangkan, bila dibandingkan memakai jasa sewa drone ini hanya Rp 187 ribu per hektare dengan durasi sekitar 15 menit.

Para petani saat menyaksikan penggunaan teknologi Drone pertanian.

“Semoga ini bisa menjadi contoh bagi petani lainnya agar setiap petani dapat memperoleh keuntungan dan menghemat biaya operasional,” harapanya.

Sementara itu, Direktur Utama Kampoeng Tani, Imam Ma’arif mengatakan, pihaknya memperkenalkan sebuah teknologi pertanian, namun teknologi tersebut masih sangat mahal. Per unit drone ini rata-rata masih sekitar Rp 300 juta untuk yang reguler.

“Teknologi semahal itu kita konversi dengan otak atik model bisnis sehingga bisa murah dan diterima oleh lapisan masyarakat petani,” tuturnya.

Namun, ini sifat sewa bukan investasi. Dengan nilai sewa hanya sekitar Rp 200 ribu per hektare. Sehingga petani dapat mengaksesnya agar lebih efisien dan murah.

“Sebab fokus kita petani harus menemukan formula bagaimana mereka dapat budidaya yang murah, itu yang penting. Sehingga, PR saat ini mengefisiensikan biaya produksi,” pungkasnya.

Diketahui, kegiatan yang dihadiri sejumlah peserta diantaranya Gapoktan, penyuluh pertanian, Kepala Desa, Ketua KTNA Tuban. Puluhan peserta turut menyaksikan langsung penggunaan teknologi drone pertanian.(Sal/And/Red)

Suara Data Network

assalamualaikum

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button