Pemerhati Lingkungan Tanggapi Terkait Penanganan Lahan Kilang GRR Tuban

Ali Mansur, Pemerhati Lingkungan di Kabupaten Tuban.

TUBAN,SUARADATA.com-Salah satu pemerhati lingkungan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur angkat bicara soal terbakarnya sebagian lahan Grass Root Rifenery (GRR) Tuban di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu yang terjadi pada beberapa hari lalu.

Diketahui, kebakaran diarea lahan tersebut tidak terjadi sekali saja. Namun kebakaran tersebut terjadi hingga tiga kali. Kebakaran yang terparah terjadi pada Senin 4 September kemarin atau kebakaran yang kedua kalinya.

Kemudian kebakaran laha kosong milik kilang GRR kembali terjadi lagi, pada Minggu (10/9/2023) di lahan yang berada di Dusun Bogang, Desa Wadung Kecamatan Jenu. Akan tetapi kebakaran yang ketiga kalinya ini tidak separah kebakaran kali kedua.

Menggapai hal tersebut, Pemerhati Lingkungan, Ali Mansu  mengatakan, peristiwa itu murni sebuah musibah. Mengingat saat ini musim kemarau sehingga banyak kejadian kebakaran. Akan tetapi, kejadian tersebut menjadi catatan bagi perusahaan dan pihak-pihak terkait jangan sampai hal itu terjadi lagi.

“Menurut saya kebakaran dilahan GRR itu murni sebuah musibah, mengingat hari ini musim kemarau. Dan kemarin terjadi kebakaran lagi tapi kecil, alhamdulilah api bisa dipadamkan,” ungkapnya saat ditemui pada Senin (11/9/2023).

Menurutnya, pihak pertamina juga sangat luar biasa. Termasuk tim pemadam dari pemkab hingga perusahaan-perusahaan lain serta masyarakat juga luar biasa. Sehingga, api bisa dipadamkan meski butuh waktu yang agak lama. Karena di lahan itu banyak yang kering mulai tanaman jati, rumput, bongkahan kayu jati hingga semak belukar.

“Sejauh ini pihak GRR Tuban bersama berbagai stakeholder sudah baik dalam menangani kebakaran tersebut. Akan tetapi pihak perusahaan harus tetap siaga,” tambah pria yang juga pengelola Mangrove Center ini.

Saat disinggung mengenai antisipasi kebakaran terulang kembali, Ali Mansur menuturkan, memang di lahan yang terbakar itu akan digunakan sebuah bangunan sesuai site plan perusahaan. Oleh sebab itu, setelah nantinya bangunan sudah berdiri baru ada green belt nya dan semua itu tergantung perusahaan.

“Tetapi, pada intinya pemerhati lingkungan tetap minta agar perusahaan terus memikirkan penghijauan,” pinta alumnus sarjana pertanian Universitas Sunan Bonang itu.

Selain membuat kesepakatan agar tidak terulang lagi, pihaknya juga meminta kepada perusahaan agar tidak merusak lingkungan dan selaku menjaga lingkungan. Hingga saat ini GRR Tuban dinilai masih peduli dengan lingkungan. Hal itu terbukti pihak GRR telah melakukan penanaman 20 ribu lebih pohon cemara dan mangrove serta tanaman buah di Desa Mentoso, Kecamatan Jenu.

“Tak hanya itu, pihak GRR juga melakukan penanaman serupa sekitar 2.800 di sekitar Bukit Wilis Kecamatan Jenu,” terangnya.

Positifnya lagi pihak perusahaan tak hanya sekedar menanam, tapi juga dipelihara dan memonitoring perkembangannya setiap bulan hingga pohonnya jadi besar.

“Dan alhamdulillah lahan yang sudah ditanami pohon tersebut rencananya lagi dibuat Desa Wisata,” pungkasnya.(Sal/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top