Gubernur Jatim Desak Bupati Tuban Perjuangkan Pria Kelahiran Tuban Jadi Pahlawan Nasional


93
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky saat mengikuti upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Reporter: Royvi Novriansyah

TUBAN, SUARADATA.com – Setiap tahun pada tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 yang resmi dikeluarkan pada tanggal 16 Desember 1959.

Sumpah Pemuda yang merupakan satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia merupakan kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia, dan pada tahun ini pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menggelar upacara Hari Sumpah Pemuda ke-93 di alun-alun Kabupaten Tuban, Kamis (28/10/2021).

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang menjadi inspektur upacara menjelaskan alasan upacara Sumpah Pemuda tersebut digelar di Kabupaten Tuban yang tak lain disebabkan peran seorang tokoh pemuda asal Tuban tersebut.

“Beliau inilah yang memimpin sidang sehingga diputuskan ikrar sumpah pemuda pada tanggal 27 sampai 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta),” ujarnya.

Kemudian ibu Khofifah mengatakan, tokoh tersebut bernama Seogondo Djodjopuspito yang lahir pada tanggal 22 Februari 1905 di Tuban inilah yang juga pertama kali membacakan Sumpah Pemuda tersebut.

“Jadi kami ingin mengingatkan kembali kepada seluruh masyarakat Indonesia, bahwa yang memimpin Sidang atau Kongres Pemuda itu adalah warga asli Tuban,” jelasnya.

Lebih lanjut mantan Menteri Sosial Indonesia ke-27 ini menambahkan, Soegondo mengenyam pendidikan HIS (Sekolah Dasar 7 tahun) tahun 1911-1918 di kota Tuban, setelah lulus HIS pindah ke Surabaya untuk meneruskan ke MULO (Sekolah Lanjutan Pertama 3 tahun) pada tahun 1919 – 1922 di Surabaya.

“Oleh pamannya ia dititipkan mondok di rumah HOS Cokroaminoto bersama Soekarno,” bebernya.

Lalu ia melanjutkan, kemudian setelah lulus MULO pada tahun 1922, beliau melanjutkan sekolah ke AMS afdeling B (Sekolah Menengah Atas bagian B – paspal – 3 tahun) di Yogyakarta tahun 1922-1925.

“Selanjutnya oleh HOS Cokroaminoto, ia dititipkan mondok di rumah Ki Hadjardewantoro di Lempoejangan Stationweg 28 Jogjakarta,” ungkapnya.

Kemudian Gubernur Jatim ini mengungkapkan, pada tahun 1926 saat Kongres Pemuda I, Soegondo ikut serta dalam kegiatan tersebut.

“Pada saat itu Soegondo masuk dalam PPI (Persatuan Pemuda Indonesia – dan tidak masuk dalam Jong Java),” ucapnya.

Lalu Tahun 1928, ketika akan ada Kongres Pemuda II 1928, maka Sugondo terpilih jadi Ketua atas persetujuan Drs. Mohammad Hatta sebagai ketua PPI di Negeri Belanda dan Ir. Sukarno di Bandung. Sehingga ini menjadi sebuah tapakan yang penting bahwa seorang Soegondo memimpin sidang tidak atas nama Jong Java, namun atas nama Perhimpunan Pemuda Indonesia

“Artinya beliau sudah meleburkan dan tidak menyebutkan suku atau asal daerah, tapi sudah berbicara Indonesia,” sebutnya.

Oleh alasan tersebut ibu Khofifah menyampaikan kepada Bupati Tuban agar dari Kabupaten mengajukan usulan agar Sugondo Joyopuspito sebagai calon pahlawan nasional.

“Dari Kabupaten segera mengusulkan ke Provinsi agar kemudian di teruskan ke Pusat,” tegasnya.

Soegondo pada tahun 1978 wafat kemudian dimakamkan di Pemakamam Keluarga Besar Tamansiswa Taman Wijayabrata di Celeban, Umbulharjo – Yogyakarta, sehingga pemerintah provinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) pernah mengajukan usulan agar Soegondo menjadi Pahlawan Nasional.

“Namun karena dokumentasi yang kurang lengkap maka usulan tersebut di tunda, jadi mulai sekarang sudah waktunya untuk melakukan pengajuan kembali disertai data yang lengkap,” pungkasnya.(Roy/Ru/Red)


Like it? Share with your friends!

93
Suara Data Network
assalamualaikum

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *