Mengulik Filosofi Simbol Islam Dalam Masjid Satu Tiang di Tuban

Masjid bertiang satu di Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban.

TUBAN, SUARADATA.com-Masjid merupakan tempat beribadah bagi para kaum muslim. Selain itu, juga berfungsi sebagai tempat penyebaran ajaran agama Islam.

Keberadaan masjid menjadi simbol peradaban umat Islam di seluruh penjuru dunia. Sehingga, bentuk bangunannya memiliki seni dan ciri khas tersendiri.

Seperti bangunan Masjid An Nur Nurul Miftahussofyan yang berada di Dusun Gomang, Desa Lajolor, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Masjid yang berada di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Songo ini memiliki keunikan tersendiri dibanding bangunan masjid pada umumnya. Dimana masjid ini memiliki satu tiang tinggi besar yang terbuat dari batang pohon jati atau dikenal dengan masjid satu tiang.

Masjid berdiri sejak tahun 1994 silam itu memiliki tiang setinggi 27 meter dengan diameter 85 sentimeter berada tepat di tengah masjid. Tiang ini nampak menonjol seakan menjadi satu satunya tiang di masjid tersebut.

Pengasuh Ponpes Wali Songo, KH Nur Nasroh Hadiningrat menceritakan, pembangunan masjid satu tiang ini dimulai pada 1994. Pendirian masjid itu diawali lantaran kebutuhan. Karena pondok pesantren pada saat melakukan sholat Jum’at berpindah pindah tempat lantaran belum memiliki masjid yang memadai.

“Awal mula pendirian masjid ini lantaran santri pondok pesantren kalau melakukan sholat Jum’at berpindah-pindah tempat. Sehingga, pondok pesantren berusaha mendirikan masjid dengan uang seadanya,” ungkapnya, saat ditemui dirumahnya, Senin (18/3/2024).

Masjid satu tiang tampak dari luar.

Menurutnya, pendirian masjid ini setiap bentuk dan sudut serta ornamen bangunan banyak terinspirasi dari simbol-simbol. Serta petunjuk yang ada dalam ajaran Islam dan memiliki makna tersendiri.

Seperti halnya bentuk tiang utama masjid setinggi 27 meter terinspirasi dari perjalanan Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab. Berarti mendapatkan perintah mengerjakan shalat lima waktu.

“Satu tiang utama yang besar dan tinggi ini sebagai petunjuk bagi setiap orang yang masuk masjid agar hatinya selalu mengingat Allah, Dzat Yang Maha Besar, Maha Tinggi dan Maha Agung,” terangnya.

Sementara itu, bangunan masjid yang berukuran lebar 17 meter terinspirasi dari peristiwa Nuzulul Quran uran atau turunnya wahyu pada tanggal 17 Ramadhan. Sedangkan, bilangan raka’at shalat Fardu juga berjumlah 17 raka’at,

“Angka 17 ini juga bagian dari angka yang disukai oleh Bangsa Indonesia, sehingga hari kemerdekaan dipilih juga tanggal 17 Agustus,” jelasnya.

Disisi lain, ukuran panjang masjid mencapai 40 meter merupakan awal Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah berupa Alqur’an adalah berusia 40 tahun.

Kemudian, Masjid An Nur Nurul Miftahussofyan ini juga ditopang dengan 8 buah tiang tambahan sebagai penyangga pada bagian tepi atap. Sehingga, totalnya tiang masjid berjumlah 9 tiang.

“Jumlah 9 tiang tersebut menggambarkan sosok walisongo yang menyebarkan agama Islam di bumi nusantara dengan akulturasi budaya yang lemah lembut,” ceritanya.

Sementara itu, untuk pintu masjid ini memiliki lima buah pintu masuk 3 pintu berada di sisi depan dan terdapat 1 pintu masuk di sisi samping masjid.

“Untuk lima pintu terinspirasi dengan 5 sendi rukun islam, begitu juga dengan Pancasila yang memiliki 5 sila,” pungkasnya.

Sedangkan, terdapat bangunan atap masjid yang bersusun 4 ditambah kubah atau gembol akar jati di atas atap. Artinya menggambarkan penghormatan kepada Waliyullah yang ada di 4 penjuru mata angin.

Diketahui, hingga saat ini masjid yang sudah berusia puluhan tahun ini masih berdiri kokoh dan aktif digunakan oleh para warga setempat. Terutama, dalam menjalankan ibadah shalat dan menjadi tempat mengaji para santri pondok pesantren Nurussalam Walisongo.(Sal/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top