Inovasi Brexit Puskesmas Janti Peduli Disabilitas, Berbuah Prestasi Nasional

Wali Kota Malang, Drs H Sutiaji saat berkunjung sekaligus menyapa kelompok disabilitas yang tengah berobat di Puskesmas Janti.

Malang, SUARADATA.com-Ketua tim Brexit dari Puskesmas Janti, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Fira Dwijayanti, A.Md menjelaskan, berawal pada 2017 silam saat pelayanan pengobatan kepada pasien penyandang disabilitas. Utamanya pada pelayanan untuk mengenali tata cara aturan meminum obat.

“Obat yang diterimanya tersebut, mereka mengantonginya di berbagai saku bajunya. Bahkan menaruhnya sampai di bawah bantal tidurnya segala. Bertujuan agar memudahkan untuk mengingatnya, dan tidak sampai keliru,” jelas Fira, saat mendampingi Kepala Puskesmas Janti, Endang Listyowati, S.Kep., Ns, M.MKes, Sabtu (27/5/2023).

Lebih jauh Fira mengungkapkannya, adakalanya salah satu dari penyandang disabilitas ini. Obat yang diterimanya, karena ada obat yang tidak harus diminum secara bersamaan. Terkadang sampai kealpaan dalam meminumnya.

“Disebabkan lupa menaruhnya. Sehingga pasien disabilitas netra itu dalam mengenali dan mengikuti aturan berapa kali minum obatnya. Berdasarkan dari bentuk dan mengingat tempat akan penyimpanannya,” ungkap dia.

Berawal dari situlah, dikemukakan oleh Fira, pihaknya yang berkecimpung di bagian farmasi Puskesmas Janti. Bersama petugas lainnya, mencoba menginisiasi dengan istilah Braille eticket and extraordinary access for visual disabilitas (Brexit), pada 2017 lalu.

“Berharap bagaimana cara memberikan pelayanan kepada disabilitas netra dan jenis lainnya. Kita tidak sampai mengalami kesulitan atau terkendala. Sehingga disabilitas ini merasa nyaman, aman serta merasa diperhatikan dengan baik,” terang Fira.

Untuk itulah, pihaknya setelah dapat dukungan dari Kepala Puskesmas dan teman-teman tim. Yakni ada Erika Prawida, Taufan Wahyu, dr Nina Mayasari serta Indra Nirmala. Tim ini dari beberapa unit pelayanan di Puskesmas Janti.

“Kami awalnya bermodalkan Rp 600.000 pada 2017 waktu itu. Kami langsung melakukan pembenahan dan peningkatan tata cara pelayanan khusus kepada disabilitas tersebut,” cetusnya.

Lanjutnya lagi, salah satu fasilitasi disediakan lewat access Guiding Block (jalur) karpet merah. Kenapa warna merah, karena warna merah. Bagi sebagian disabilitas corak warna yang kontras mudah dikenalinya. Sehingga membuat mereka mampu melaluinya.

Petugas Puskesmas Janti, jemput bola memberikan pelayanan kesehatan, di Kantor RSBN atau YPAC Janti. Pada Jumat Minggu terakhir setiap bulannya.

“Sedangkan, bagi pasien disabilitas seratus persen tidak mampu mengenalinya. Kita sediakan alat petunjuk khsusus (Braille), pada jalur yang akan diaksesnya. Sehingga mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas sini secara mandiri,” imbuhnya.

Kepala Puskesmas Janti, Dinkes Kota Malang, Endang Listyowati S.Kep., Ns, M.MKes menambahkan, fasilitas lainnya juga disediakan berupa tanda batas khusus. Menandakannya bakal atau berada di pintu masuk ruang pelayanan.

“Dukungan lainnya, berupa papan nama berhuruf Braille. Kemudian disempurnakan lagi memakai bahan akrilik. Dan masih ada lagi dukungan alat-alat lainnya. Untuk memudahkan disabilitas ini mendapatkan pelayanan kesehatan secara mandiri,” tambah Endang.

Kata Endang lagi, pasien disabilitas netra dan jenis lainnya. Yang ditangani di sini, jika tidak musim flu, batuk, pilek dan lainnya. Kisaran 50 orang perbulannya, dan perharinya 2 sampai 3 orang saja. Akan tetapi, jika sudah musim flu, batuk dan pilek.

“Yang kami tangani bisa lebih dari 50 orang perbulannya, dan perharinya 5 sampai 10 orang. Selain itu, saudara kita yang disabilitas. Bertempat di Rehabilitasi Sosial Bina Netra (RSBN), dulu YPAC Janti. Sebanyak 105 orang, rutin berobat ke sini,” bebernya.

Sambung dia, disabilitas di luar RSBN Janti. Yakni dari warga sekitar sini 7 orang, total ada 112 orang. Jika ditotal keseluruhan se Kota Malang, merujuk ke Puskesmas Janti, kurang lebih sekitar 150 orang disabilitas yang ditanganinya.

“Harapan besar kami, dari 16 Puskesmas di Kota Malang. Salah satunya Puskesmas Janti sudah menjadi pilot project. 15 Puskesmas lainnya bisa menjadi replika (mencontohnya). Sehingga pelayanan kesehatan disabilitas tersebar di semua Puskesmas di Kota Malang,” tegasnya.

Terakhir, perlu diketahui oleh banyak pihak terkait. Inovasi Brexit ini murah biayanya. Modal awalnya adalah Rp 600 ribu. Selanjutnya terus berbenah hingga bermodal lagi Rp 5 juta. Sampai saat ini masih terus berbenah secara keberlanjutan dari inovasi Brexit tersebut.

Tujuannya adalah penyempurnaan dalam pelayanan. Serta peningkatan alat dukungnya. Terakhir, telah membuahkan hasil prestasi. Yakni meraih penghargaan dari Kementerian PAN-RB. Antara lain, Top 25 kovablik (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik) Jawa Timur, 2018.

“Berikutnya, TOP 99 dan TOP 45 Sinovik (Sistem Inovasi Pelayanan Publik) Nasional, 2019. Selain itu, Puskesmas Janti juga meraih prestasi nasional. Pada penghargaan Top 51 dan Top 17, ajang kompetisi Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik (KP4), pada Juni 2022 kemarin,” pungkasnya.(Iwn/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top