Rayakan Tiong Chiu, Umat Khonghucu Klenteng Tuban Berdo’a Covid Segera Hilang

Umat Khonghucu di Klenteng Tri Dharma Kwan Sing Bio Tuban merayakan Tiong Chiu dengan menikmati teh dan kue bulan.

Reporter : Royvi Novriansyah

TUBAN, SUARADATA com-Tiong Chiu Chue ä¸ç§‹ç¯€ (Zhong Qiu Jie) atau yang disebut juga Mid Autumn Festival atau Moon Cake Festival dirayakan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek.

Hari raya ini jatuh pada pertengahan musim gugur, maka disebut sebagai Hari Raya Pertengahan Musim Gugur (Tiong : tengah, Chiu : musim gugur, Chue : hari raya/perayaan).

Biasanya perayaan ini dirayakan oleh satu keluarga yang duduk melingkar di luar rumah sembari melihat bulan purnama. Lalu menikmati kue bulan yang disebut juga sebagai Gwee Pia atau Tiong Chiu Pia berbentuk bulat mirip bulan yang melambangkan keutuhan.

Ketua Penilik Demisioner TITD Kwan Sing Bio Tuban Alim Sugiantoro menjelaskan, kue bulan awal mulanya adalah sajian untuk persembahan dan penghormatan kepada leluhur di musim gugur yang berawal dari Dinasti Ming. Selanjutnya, dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang yang memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol.

“Ini adalah kegiatan Tiong Chiu peringatan pertengahan musim gugur. Karena pada tanggal 15 bulan delapan tahun China yaitu pada tanggal ini bulan purnama yang bentuknya bulat,” jelasnya, Selasa (21/9/2021) malam.

Alim menambahkan, ritual ini merupakan salah satu tradisi umat Khonghucu yang ada di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio (KSB) yang sebelumnya tertunda setahun dikarenakan pandemi Virusnya Covid-19.

“Tahun lalu kita tidak merayakan Tiong Chiu, karena pandemi,” ucapnya.

Lebih lanjut, tak hanya ritual makan Kue Bulan dan minum teh, dalam merayakan Tiong Chiu ini, umat Khonghucu juga melakukan ritual sembahyang. Selain itu, mendoakan semoga perekonomian di Indonesia kembali bangkit dan pandemi Covid-19 supaya segera sirna.

“Pada momen Tiong Chiu ini umat merayakannya dengan sederhana, ngeteh dan makan kue bulan, juga berdoa untuk bangsa dan negara agar virus corona segera sirna,” harapnya.

Setelah melakukan ritual doa, umat langsung bersantai makan Kue Bulan dan Minum Teh serta ada yang naik perahu hias yang ada di kolam taman klenteng ini.

“Ritual naik perahu ini hanya simbolis, dikarenakan pandemi kita hanya melakukan di kolam saja, biasanya di laut,” pungkasnya.(Roy/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top