Bebas Bersyarat, Napiter Asal Kudus Keluar dari Lapas Tuban

TUBAN, SUARADATA.com-Seorang narapidana terorisme (Napiter) Ahmad Ulul Albab atau AL asal Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah bebas bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 2B Kabupaten Tuban, Senin (30/1/2023).

Pembebasan bersyarat napiter pindahan dari rumah tahanan Depok tersebut dilakukan, setelah Pihak Lapas Tuban menerima rekomendasi dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus (DENSUS) 88.

Selama menjalani hukuman, Ulul Albab juga telah mendapatkan program pembinaan berupa deradikalisasi. Setelah seluruh berkas administrasi dilengkapi, napi teroris tersebut langsung diserahkan kepada pihak keluarga yang telah siap menjemput di Lapas Tuban.

Kepala Lapas Kelas II B Tuban, Siswarno mengatakan, pembebasan bersyarat ini merupakan hak setiap narapidana sesuai dengan undang-undang nomor 22 tahun 2022 tentang pemasyarakatan. Yaitu dengan persyaratan administratif maupun substantif telah menjalani dua pertiga masa pidana, berkelakuan baik, mengikuti program pembinaan, sudah mengalami penurunan risiko serta syarat khusus yaitu mengikuti program deradikalisasi.

“Sudah mendapatkan rekomendasi dari BNPT dan densus 88 sehingga mendapatkan haknya yaitu pembebasan bersyarat. Kasusnya terorisme. Kita hanya mendapatkan pemindahan dari Depok,” ungkapnya.

Lanjutnya, setelah keluar dari Lapas Tuban, napiter tersebut statusnya beralih menjadi klien Lapas Bojonegoro dengan batas akhir bimbingannya sampai 11 Oktober 2025 mendatang.

“Untuk saat ini langsung kita serahkan ke keluarga. Dan kita serahkan ke Lapas Pati dan temen-temen aparat penegak Hukum di Pati dan Kudus,” tambahnya.

Sementara itu, Ahmad Ulul Albab meminta maaf kepada seluruh warga Indonesia. Ia juga mengaku salah karena ikut dengan jaringan terlarang, serta menegaskan tidak setuju dengan adanya radikalisme di Indonesia. Setelah bebas, Ulul Albab mengaku akan membuat usaha dan menikah.

“Saya minta maaf pada seluruh warga Indonesia. Walaupun saya tidak pernah setuju dengan adanya radikalisme yang ada di Indonesia tapi saya mengakui salah, karena jaringannya salah,” pungkasnya.(Sal/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top