Tiga Keluarga di Tuban Ikut Program Transmigrasi ke Sulawesi

Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky saat memberikan pesan para peserta transmigrasi.

TUBAN, SUARADATA.com-Tiga Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Tuban mengikuti program transmigrasi. Program tersebut kembali dibuka pemerintah setelah dua tahun terhenti akibat pandemi Covid-19.

Ketiga KK yang mengikuti program tersebut yakni, Padi dan Pargi beserta istri dan anak mereka warga Desa Kumpulrejo, Kecamatan Parengan, serta Mustofa beserta istri dan anak, warga Kelurahan Karang, Kecamatan Semanding. Mereka bakal di tempatkan di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Ketiga KK tersebut berangkat langsung oleh Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky dari Rumah Dinasnya di komplek Pendapa Kridha Manunggal Tuban, Sabtu (15/10/20222) malam.

Pada kesempatan itu, Lindra memberikan pesan agar para peserta transmigrasi tersebut bersemangat untuk mengubah nasib di sana. Sebab mereka adalah orang pilihan yang mendapatkan kesempatan luar biasa tersebut.

Diharapkan, para transmigran memanfaatkan kesempatan yang telah dipercayakan untuk mereka ini dengan baik, sehingga dapat merubah hidup mereka menjadi lebih sejahtera.

“Njenengan adalah orang terpilih yang mendapatkan kesempatan ini. Semoga betah di sana, dan mencapai kesuksesan,”pesannya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Sugeng Purnomo menyebutkan, setelah program transmigrasi kembali dibuka, Kabupaten Tuban memberangkatkan 3 Kepala Keluarga (KK) untuk mengikuti program tersebut.

“Program ini memang breakdown dari pusat ke provinsi, dan mereka bertiga sebenarnya sudah mendaftar dari tahun lalu, tapi karena memang belum ada, maka baru diberangkatkan sekarang,” ungkapnya, Senin (17/10/2022).

Sugeng mengatakan, para transmigran ini akan mendapatkan rumah dan lahan garapan seluas dua hektar, peralatan bertani, peralatan dapur serta uang jaminan hidup selama satu tahun.

“Proses pemilihan transmigran juga tak main-main, sebab sebelumnya banyak terjadi penyalahgunaan program ini,” tambahnya.

Menurutnya, sebelum berangkat para peserta harus melalui sistem verifikasi ketat dan komitmen tinggi dari warga. Selain itu, juga harus mengikuti pelatihan transmigrasi terlebih dahulu.

“Kita sebut itu transmigran olak-alik ya, mereka berangkat kesana tapi lahannya dijual dan mereka balik lagi ke jawa. Makanya sekarang memang ketat,” tutupnya.(Sal/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top