Gus Aam Sebut Politik Bagi Warga NU Ibarat Air dan Teh, Mustahil Jika Dipisahkan

KH. Agus Solachul Aam Wahib Wahab saat diskusi kebangsaan dengan tokoh nasional Rizal Ramli, beberapa waktu lalu. foto : istimewa.

SURABAYA, SUARADATA.com-KH. Agus Solachul Aam Wahib Wahab adalah satu cucu pendiri NU, KH. Abdul Wahab Chasbullah.

Kiyai yang akrab disapa Gus Aam Wahib Wahab itu menerangkan, bahwa politik bagi warga NU ibarat air dan teh serta keduanya mustahil dipisahkan.

“Pengurus NU, orang-orang NU, anak-anak muda NU harus mengerti dan menyadari bahwa NU memiliki tanggung jawab sangat bermakna dan sangat mulia,” kata Gus Aam melalui keterangan tertulisnya, Rabu (21/7/2021).

Menurutnya, tujuan politik warga NU dalam bernegara yang kini sering hilang dan dilupakan, adalah tanggung jawab NU untuk pemenuhan kemaslahatan bangsa. Selain itu, pemenuhan kesejahteraan dan kebutuhan rakyat.

“Dilanjut jaminan keamanan dan kedamaian rakyat, secara fisik, batin, individual vidual dan kolektif,” ujar Gus Aam.

Gus Aam Wahib Wahab menambahkan, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bertugas untuk menjamin keamanan dan kedamaian rakyat. Kemudian, membentengi dari gangguan rakyat dan bangsa dalam wadah NKRI, dari dalam maupun luar.

“Inilah ide negara yang diperjuangkan para pendiri NU melalui ‘Resolusi Jihad 1945’ yakni negara sebagai sarana untuk melengkapi dan mewujudkan kemaslahatan umat manusia,” ujarnya

Gus Aam mengungkapkan, dikalangan Kiai, katanya, dikenal dengan istilah Tasharruful Iman ala rraiyyah manu thun bil Maslahah. Artinya, Kebijakan Seorang Penguasa kepada Rakyat-nya ditujukan untuk memenuhi kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat.

Menurutnya ada 3 tujuan penting dari strategi bernegara yang menjiwai hakekat pemerintah yang dibela dan diperjuangkan oleh orang-orang NU.

Pertama, siapapun yang berkuasa harus senantiasa melindungi sumber kehidupan yang paling asasi. Kedua, menjaga negeri yang tercinta ini dari berbagai macam gangguan dari dalam maupun luar. Ketiga, kewajiban memelihara dan melindungi tradisi beragama – kebudayaan bangsa kita.

“Inilah yang dimaksud dengan NU berpolitik pada level kebangsaan. Politik tingkat tinggi,” jelasnya.(Di/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top