Kreatif, Warga Tuban Sulap Limbah Pohon Pisang Jadi Camilan Beromzet Jutaan

Proses pembuatan camilan dari pohon pisang

Reporter: Nursalam

TUBAN, SUARADATA.com- Rasa gurih dan renyah, membuat camilan keripik digemari banyak orang. Biasanya camilan ini berberbahan dasar dari singkong, pisang, maupun dedaunan seperti daun bayam. Namun, apa jadinya jika keripik tersebut terbuat dari batang pohon pisang atau gedebog.

Di tangan Elis Nurhayati (29) warga Desa Nguruhan, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, bahan baku tersebut bisa menjadi makanan yang bernilai jual. Limbah pohon pisang itu bisa diolahnya menjadi beragam menu camilan yang lezat, seperti keripik dan kerupuk. Dan dalam setiap bulanya berhasil meraup omzet hingga puluhan jutaan rupiah.

Usaha yang berdiri sejak 2018, berawal dari keresahannya bersama sang ibu Suratmi karena banyak limbah pohon pisang akibat diambil buahnya saja. Berawal dari situ ibu dan anak memanfaatkan limbah gedebog pisang.

“Ide awala usaha tersebut berawal dari Ibu saya, karena ibu saya orangnya kreatif jadi bagaimana cara memanfaatkan gedebok pisang itu menjadi rupiah,” ungkapnya, saat ditemui di rumahnya, Senin, (4/10/2021).

Lebih lanjut ia mengatakan, pada saat awal melakukan ujicoba, pihaknya mengambil semua sampel gedebog pisang yang ditebang, ternyata setelah dilakukan uji coba dari kualitas rasa hanya limbah pisang kepok atau pisang bangil yang cocok untuk diolah menjadi keripik.

“Soalnya uji coba kami beberapa pisang memang tidak jadi, rasanya pahit, getir dan lain-lain, ternyata yang limbahnya paling cocok untuk diolah adalah pohon pisang kepok,
dan itu dinyatakan aman ketika dikonsumsi,” tambahnya.

Dalam menggeluti usaha yang diberi nama saeeku ini, Elis hanya modal Rp 400 ribu. Uang tersebut digunakan untuk membeli peralatan produksi, hingga bahan baku yakni limbah pisang yang ia beli dari warga sekitar untuk pemberdayaan.

“Modal Rp 400 ribu untuk kami olah untuk membeli bahan baku,” terang sarjana pendidikan Biologi Unirow Tuban ini.

Awalnya dia menjalankan bisnis dari limbah pohon pisang ini hanya dari rumah, sampai akhirnya semakin berkembang dengan memiliki rumah produksi sendiri beserta 8 pegawai, dilengkapi berbagai macam alat yang mendukung. Bisnisnya semakin besar hingga omzet yang diraihnya bisa Rp 15- 20 juta per bulan.

Namun, dikarenakan terdampak pandemi, omzetnya turun hingga 20 persen, karena reseller dari beberapa tempat oleh-oleh di Indonesia banyak yang berhenti karena tutup, termasuk reseller dari Malaysia, Singapura, hingga Turki. Penjualannya saat ini hanya mengandalkan reseller dari supermarket dan online.

“Dulu kami dalam setu bulan bisa mencapai 15-20 juta perbulannya, karena sekarang masa Pandemi omsetnya turun drastis sampai 20 persen,” tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Elis menjelaskan bagaimana cara mengolah limbah pohon pisang jadi sebuah produk yang lezat. Untuk keripik bonggol pisang, bonggol yang diambil, direndam terlebih dahulu dengan air kapur selama satu hari satu malam. Setelah itu angkat untuk ditiriskan, cuci bersih dan siap untuk digoreng dengan tepung.

“Kalau kerupuk agak lama soalnya prosesnya dikukus, dijemur dulu. Untuk harga jualnya kripik gedebok pisang perkilogram Rp 100.000, untuk ares pisang Rp. 50.000 sedangkan untuk bonggol pisangnya Rp. 80.000,” pungkasnya.(Sal/Ru/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top