Terpuruk Akibat Covid-19, CSR Pertamina Hantarkan Ibu di Bojonegoro Sukses Kembangkan Produksi Batik


105
Proses pembuatan Batik Kembang Sambiloto yang berada di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro. Foto: Ist

BANDUNG, SUARADATA.com-Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia beberapa tahun lalu ternyata memberikan dampak pada kondisi ekonomi di negeri “loh jinawe” ini. Tentu dampak ekonomi tersebut telah merembet luas di seluruh wilayah Indonesia.

Seperti halnya yang dirasakan ibu di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Dimana salah satu produksi batik kembang sambiloto yang berada di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas menjadi gulung tikar lantaran terdampak dari Pandemi Covid-19.

Tapi, beruntung gulung tikarnya produksi batik khas Bojonegoro itu tak berlangsung lama. Pasalnya, UMKM itu dapat tumbuh setelah adanya CSR dari Pertamina EP Sukowati Field.

Ia adalah Tatik, seoranh perempuan paruh baya asal Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur yang sukses mengembangkan produksi batik kembang sambiloto.Kesuksesannya dalam mengembangkan usaha yang sudah di geluti beberapa tahun itu tak lepas dari campur tangan Pertamina. Terutama dari Pertamina EP Sukowati Field yang intens memberikan pendampingan hingga berbagai dukungan demi peningkatan produksi batik.

Dalam mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), ibu yang juga menjadi guru TK tersebut tidak mudah seperti membalikan telapak tangan. Karena saat Pandemi Covid-19 yang menerjang Indonesia membuat produk rumah tangga itu gulung tikar.

Hal itu disampaikan saat menjadi salah satu pemateri “lokal hero” di acara Media Gathering 2024, Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina dengan bertema Energizing Media, Inspiring Change yang gelar di sebuah hotel di Bandung, Senin (3/6/2024).

Bu Mul, sarapan akrabnya menuturkan, awalnya merintis usaha batik sejak 2017 itu sangat berat. Karena harus jatuh bangun menyusul usaha yang dijalani tidak bisa berkembang karena adanya pandemi covid-19.

Bahkan, saat pandemi ia mengakui tidak ada pemasukan karena barang-barang yang sudah ia produksi tidak bisa terjual. Sehingga ia tidak memiliki modal untuk memproduksi batik lagi.

“Karena tidak ada pemasukan, dan barang-barang kita tidak terjual, akhirnya kita tidak punya moda. Modal Kita habis untuk membuat produksi dan kita tidak ada pemasukan. Dan setelah pandemi itu kita sempat bubar,” ungkapnya.

Namun, ia tidak patah semangat untuk mengembangkan usahanya itu. Apalagi, setelah mendapatkan CSR dari Pertamina untuk mengembangkan usahanya. Berkat ilmu yang didapatkan, selanjutnya mengajak tetangganya untuk belajar membatik yang di bantu oleh Pertamina melalui program pemberdayaan.

“Kalau nggak ada fasilitas dari Pertamina, ya mungkin tidak bisa bangkit lagi. Mungkin mati suri atau bahkan gulung tikar,” ucapnya.

Kini kelompok yang memiliki 13 anggota, dari kawula muda hingga tua itu, mampu meraup omzet ini Rp 3,5 juta per bulan. Selain menambah pertumbuhan ekonomi bagi kelompok, kini ia juga dikenal sebagai entrepreneur bidang pengembangan batik. Selain itu, terkenal sebagai perempuan penggerak pelatihan batik bagi anak-anak sekolah jenjang pendidikan SD sampai SMA hingga mampu menyasar ibu-ibu PKK desa di wilayah Bojonegoro.

“Alhamdulillah, sekarang bisa memberikan pembelajaran edukasi dan pelatihan membatik bagi anak-anak pelajar dan ibu – ibu PKK,” terangnya.

SR Manager Relations Regional 4 Indonesia Timur, Fitri Erika, saat memberikan sambutan dalam acara Media Gathering 2024, Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina.

Sementara itu, Perwakilan Pertamina, SR Manager Relations Regional 4 Indonesia Timur, Fitri Erika mengatakan, selain menghasilkan energi dalam operasinya Pertamina harus bisa memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar.

“Kita menyadari bahwa wilayah operasi kita beragam macam wilayahnya. Seperti ibu-ibu di Bojonegoro yang memaksimalkan waktu untuk berusaha dan bisa memiliki keahlian,”

Lanjutnya dalam hal ini perusahaan mendorong untuk bisa melakukan upaya-upaya pemberdayaan tersebut. Terutama, agar bisa mandiri dalam artian membuat program yang memberikan dampak bagi kelompoknya, tetapi juga untuk daerah sekitar.

“Alhamdulillah progam yang kita rencanakan menghadirkan tokoh -tokoh yang menjadi local hero di setiap daerah,” imbuhnya.

Disisi lain, program CSR yang direncanakan bersama ini semata-mata buka maunya kelompok atau perusahaan. Tetapi dirancang bersama sehingga memang ada feedback .

“Pada intinya kita dari perusahaan ingin bisa memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Diketahui, Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina merupakan pengelola hulu migas yang secara geografi tersebar di Jawa Timur, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua yang terdiri dari asset offshore dan onshore. Selain itu, terdapat 1 aset downstream yaitu Donggi Senoro LNG.

Wilayah kerja di bawah Regional Indonesia Timur yaitu Zona 11 (Alas Dara Kemuning, Cepu, WMO, Randugunting, Sukowati, Poleng, Tuban East Java).

Zona 12 (Jambaran Tiung Biru, Banyu Urip).

Zona 13 (Donggi Matindok, Senoro Toili, Makasar Strait).

Zona 14 (Papua, Salawati, Kepala Burung, Babar Selaru, Semai).(Sal/And/Red)


Like it? Share with your friends!

105
Suara Data Network
assalamualaikum

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *