Wujud Syukur, Sedekah Bumi Masih Lestari di Tuban


54
Acara sedekah bumi di lokasi pemakaman umum di Kabupaten Tuban. Foto: Nursalam

TUBAN, SUARADATA.com-Sedekah bumi hingga saat ini masih terus dilestarikan oleh sebagian warga di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Salah satunya desa yang tak jauh dari perkotaan, yakni Desa Kembangbilo, Kecamatan Tuban.

Desa yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari pusat kota Tuban ini, setiap tahunnya melakukan sedekah bumi. Tradisi tersebut sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas hasil pertanian yang melimpah. Selain itu, juga wujud syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Sedekah bumi yang diikuti ratusan warga masyarakat tersebut digelar secara bergantian di dua tempat yang berbeda. Yakni di salah satu sumur tua di Dusun Lidan dan pemakaman umum.

Dari pantauan di lapangan, terlihat ratusan warga berduyun-duyun datang ke pemakaman umum yang tak jauh dari pemukiman warga. Terlihat warga datang tidak dengan tangan kosong, mereka membawa serta berbagai macam jajanan pasar, mulai dari kue cucur, tape, jenang ketan, rengginang dan lainnya.

Setelah sampai di pemakaman umum terlihat para ibu-ibu duduk dengan menaruh jajan khas sedekah bumi yang telah di di taruh di rinjing. setelah itu para ibu -ibu duduk melakukan doa bersama.

“Kita bawa jajanan di rinjing dan nanti dibagikan menggunakan rencek (dari anyaman bambu),” kata salah satu warga Untung (48), Senin (10/7/2023).

Sementara itu, Kepala Desa Kembangbilo Abdurrohim, mengatakan, bahwasanya kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan. Setiap tahunnya dusun yang berada di Desa Kembangbilo, yakni Dusun Lidan dan Dusun Kembangbilo secara bergantian melakukan sedekah bumi.

Makam kramat yang diyakini masyarakat desa setempat sebagai tokoh.

“Sedekah bumi ini merupakan, kegiatan tahunan masyarakat dari turun temurun. Dalam sedekah bumi ini masyarakat membawa jajan tradisional seperti kue cucur, tape, jenang ketan, rengginang dan lainnya,” ungkapnya.

Dalam hal ini pihaknya berharap, dengan adanya sedekah bumi ini masyarakat diajukan dari segala penyakit dan marabahaya, serta diberikan kesehatan rizki yang lancar dan barokah.

“Semoga warga masyarakat diberikan rizki yang berlimpah,” harapnya.

Selain itu, pihaknya juga bercerita didalam makam umum yang digunakan untuk sedekah bumi ini terdapat satu makam yang dikeramatkan dan tempat pertapaan sunan bejagung yakni Syaikh Muhammad As’ari.

Menurut cerita turun temurun dari masyarakat terdahulu, makam tersebut di juluki dengan nama ki lele atau masyarakat sering menyebutnya dengan orang penangkal petir atau penakluk petir.

“Dari cerita terdahulu jika masyarakat Kembangbilo ada sambar petir pasti mengucap saya masih putunya Ki lele. Dan menurut mitos terdahulu ucapan tersebut dipercaya masyarakat selamat dari dari marabahaya sambaran petir,” pungkasnya.(Sal/And/Red)


Like it? Share with your friends!

54
Suara Data Network
assalamualaikum

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *