Berburu Minuman Legen Tuban, Minuman Khas saat Buka Puasa

Minuman khas Tuban, legen.

Reporter: Nursalam

TUBAN, SUARADATA.com-Minuman tradisional ini banyak ditemukan di sekitar wilayah Tuban Jawa Timur.

Namanya Legen, minuman ini terbuat dari bahan alami, yaitu pohon siwalan atau lontar dengan bunga berbentuk sulur. Sulur bunga tersebut kemudian dipotong sedikit demi sedikit untuk disadap getahnya.

Saat berkunjung di kawasan Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, pastinya akan disuguhkan dengan ratusan pohon siwalan yang berjajar rapi. Serta pemandangan asri yang menyejukkan mata.

Maklum saja, dusun tersebut memang terkenal dengan hasil buminya. Yakni berupa pohon siwalan atau pohon lontar penghasil legen dan buah siwalan yang jarang ditemui di wilayah lain. Sehingga, tak heran, jika sebagian besar penduduknya memproduksi minuman tradisional legen tersebut.

Salah seorang penyadap pohon siwalan saat ditemui di perkebunan, Daim (63) menuturkan, dirinya sudah puluhan tahun menggeluti dan memelihara pohon siwalan untuk dikelola dan dirawat. Kemudian, bunga-bunga pohon lontar disadap dijadikan bahan minuman legen maupun minuman tuak.

“Jadi legen ini dibuat dari manggar-nya (bunga) pohon siwalan yang ada sulurnya. Nah sulur bunga tadi yang menghasilkan air legen itu disadap getahnya dan ditampung pada wadah,” ungkapnya, Minggu (25/4/2021).

Pria 63 tahun ini menjelaskan, jika penyadapan tersebut biasanya memakan waktu semalam untuk bisa mendapatkan air legen.

“Biasanya saya berangkat pagi. Terus saya ambil hasil tampungan airnya di atas pohon. Kalau ngambil ini (legen) biasanya pagi dan sore. Setelah itu legen siap dijual,” jelasnya.

Menurutnya, air legen yang baru diambil langsung dari pohonnya lebih segar dan manis. Dibandingkan yang melalui proses fermentasi.

“Tapi sayang, legen yang masih seger ini hanya bisa bertahan beberapa jam saja. Setelah itu dia akan mengalami proses fermentasi dan berubah menjadi tuak. Jadi kalau beli paling enak ya langsung diminum lalu ditambahkan es,” tuturnya.

Hal senada juga dikatakan, Sumari, dirinya lebih memilih memproduksi legen dari pada toak. Pasalnya menyadap pohon siwalan sudah menjadi mata pencahariannya. Ia mengakui masuknya bulan suci ramadan menjadi berkah tersendiri. Karena banyak pemesanan legen untuk menu berbuka puasa.

“Kalau saya cuma jualnya legen mas,” tutur Sumari yang hanya membandrol legen hasil panjatan sore itu Rp 10 ribu.

Sumari menambahkan, membeludaknya permintaan minuman legen, tidak membuat para penyadap kuwalahan untuk memenuhi permintaan pasar. Akan tetapi, menipisnya pohon serta pertumbuhan dan air sari bunga pohon siwalan terbatas juga sangat mempengaruhi stok minuman legen terbatas.

Sementara, Pembeli asal Kecamatan Senori Ahmad Istihar menyampaikan, rasa legen sini lebih seger dan alami dari pohon. Sebab itu dirinya memilih membeli langsung ke penjual atau petani.

“Cocok sih di hidangkan minum berbuka puasa, rasanya segar, manis sangat alami,” ujarnya sambil menenteng legen di botol sambil bergegas pulang.

Sekedar diketahui, perjuangan untuk mendapat sebotol minuman legen penyadap harus naik-turun memanjat pohon siwalan yang menjulang setinggi kurang lebih 9 hingga10 meter. Itupun pengambilan hasil sadapan hanya pagi pukul 07.00 WIB dan sore pukul 15.00 WIB. Untuk harganya sendiri perbotol dibandrol Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu.(Sal/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top