Banting Setir Ditengah Pandemi, Mahasiswa di Tuban Sukses Jadi Pengusaha

Pengusaha muda, Ika Mutia Oktafianti, warga Dusun Kesamben Barat, Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang. 

Reporter: Royvi Novriansyah

TUBAN, SUARADATA.com-Sejak merebaknya virus Covid-19 sekitar tiga bulan lalu hingga sekarang membuat kegiatan aktivitas yang melibatkan massa terpaksa dihentikan. Termasuk aktivitas belajar di sekolah maupun di bangku perkuliahan.

Pasalnya, langkah itu sebagai upaya memutus rantai penyebaran virus corona. Kendati demikian, kebijakan tersebut ternyata berdampak pada sendi perekonomian masyarakat. Terutama pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) menjadi lumpuh.

Namun, hal tersebut tidak membuat Ika Mutia Oktafianti, warga Dusun Kesamben Barat, Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban merasa putus asa dan menyerah begitu saja.

Mahasiswi berusia 20 tahun itu sebelumnya adalah seorang penyanyi religi atau gambus. Akan tetapi, sejak ada pandemi ini semua kegiatan menjadi berhenti.

Melihat kondisi tersebut membuat Ika Mutia banting setir agar tetap bisa mendapat penghasilan. Demi memenuhi kebutuhan keluarga, ia pun banting setir berjualan buah.

Ia menceritakan, awalnya sempat kelabakan dengan munculnya isu mewabahnya virus Corona. Saat itu seluruh jadwal pentas di batalkan. Akhirnya berawal dari iseng-iseng, ia kulakan buah dan di posting di medsos.

Berkat kegigihan dan keuletannya, usaha yang ia rintis sejak selama satu setengah bulan lalu itu menuai hasil yang membanggakan dan terbilang cukup sukses.

“Pandemi ini sangat berdampak kepada semuanya, kegiatan perkuliahan diliburkan, job menyanyi juga sepi,” ucap Ika ketika di temui di rumahnya, Senin (20/7/2020)

Awalnya gadis alumni MAN 2 Tuban ini mencoba kulakan buah pepaya, kelapa dan nanas madu dari kota Blitar untuk di jual kembali di sekitar rumahnya.

“Awalnya saya coba-coba berjualan lewat internet untuk kegiatan selama di rumah, tapi ternyata laris,” ujar mahasiswi Unisda Lamongan ini.

Lebih lanjut, Ida yang sebenarnya mempunyai hobi menyanyi dan rias pengantin ini mematok harga buah pepaya mulai dari harga Rp. 1000.- hingga Rp. 12.000.- ,. Kemudian, untuk kelapa mulai dari Rp. 4500.- sampai Rp. 8000.-. Sedangkan, nanas madu dibandrol berkisar dari Rp. 1000,- dan termahal Rp. 5000,-.

“Harga yang berbeda ini berdasarkan ukuran dan musim,” jelasnya.

Pada awalnya, Ida yang hanya menawarkan buah tersebut kepada tetangga sekitar dan melalui jejaring sosial. Ternyata usaha barunya itu banyak yang menyukai dan terjual laris. Hingga sekarang dalam satu hari, ia berhasil menjual sebanyak 3.000 hingga 5.000 buah perhari.

“Sekarang penjualan sudah dibantu sama keluarga dan bisa mencapai luar kota mulai dari Gresik, Lamongan, Bojonegoro dan Cepu,” imbuhnya.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku sangat bersyukur. Sebab, sekarang keluarganya dan banyak warga sekitar bisa ikut mendapatkan berkah. Yakni, dengan juga berjualan buah dan produk berbahan baku dari nanas madu yang di olah jadi selai.

“Kedepan rencananya produk selai nanas olahan warga ini akan terus dikembangkan dan bisa dipasarkan ke minimarket serta tempat-tempat wisata,”ungkapnya.

Gadis yang kuliah mengambil jurusan pendidikan bahasa Arab ini berharap, agar pandemi virus Covid-19 ini segera berakhir. Sehingga, bisa kembali lagi mengisi acara acara pernikahan, pengajian dan lainnya.

“Semoga pandemi segera berakhir sehingga masyarakat bisa beraktifitas seperti sebelumnya. Namun saat ini kita harus bisa beradaptasi dengan keadaan yang sekarang ini,” pungkasnya.(Sal/And/Red) 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top