Terkait Aksi Terorisme di Bandung, Mendikbud Diminta Saatnya Tanamkan Penguatan Ajaran Pancasila Sejak Usia Dini

Gus Muhammad Fawait, Bendahara GP Ansor Jawa Timur. foto : istimewa.

SURABAYA, SUARADATA.com-Aksi bom bunuh diri yang terjadi Polsek Astana Anyar, Kota Bandung hari ini membuat banyak pihak prihatin. Terlebih, aksi bom bunuh diri ini menyebabkan seorang polisi tewas dan sejumlah orang luka – luka, baik dari pihak kepolisian maupun masyarakat umum.

Aksi terorisme di Bandung itu mendapat perhatian dari Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur. Muhammad Fawait, Bendahara Pimpinan Wilayah GP Ansor Jatim mengutuk keras aksi bom bunuh diri yang menargetkan anggota polri tersebut. Menurutnya, sudah saatnya dilakukan penguatan ajaran Pancasila sejak usia dini.

“Saya kira aksi terorisme di Polsek Astana Anyar Bandung, menjadi momentum untuk melakukan penguatan ajaran Pancasila sejak usia dini,” tegas Gus Fawait, Rabu (07/12/2022).

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Chotib, Al Qodiri IV ini mengungkapkan, dalam Pancasila diajarkan hablum minallah (hubungan manusia kepada sang pencipta) dan hablum minannas (hubungan antar sesama manusia).

Karena itu, kalau setiap manusia mengamalkan Pancasila, tidak mungkin melakukan perbuatan keji kepada sesama manusia. Apalagi atas nama agama. Karena semua agama mengajarkan kebaikan dan cinta kasih.

“Saya berpesan kepada Mendikbud Pak Nadiem Makarim, agar sejak dini pelajaran Pancasila serta pengamalannya diajarkan di sekolah. Bila perlu sejak tingkat PAUD, agar membentuk SDM yang berkarakter dan tidak mudah dipengaruhi ajaran yang menyimpang,” ujar Presiden Laskar Sholawat Nusantara itu.

Gus Fawait menilai saat ini sudah terlihat gejala dekadensi moral, terutama di kalangan generasi muda. Ia mencontohkan peristiwa pelajar yang menendang seorang nenek di Tapanuli Selatan dengan alasan iseng, dan yang terbaru keterlibatan remaja dalam kelompok gangster di Surabaya.

Menurutnya kemerosotan moral generasi muda itu diperparah dengan sikap individualis masyarakat atau orang tua. Mereka cenderung tidak peduli terhadap tindak kejahatan, selama tak .enimpa mereka atau keluarganya.

“Sikap individualis ini yang menyebabkan kejahatan merajalela, termasuk terorisme. Bila masyarakat peduli, guyub dan kompak, maka kejahatan tidak bisa tumbuh di tengah masyarakat. Dengan mudah aksi terorisme dicegah dengan melibatkan aparat keamanan,” pungkasnya.(Di/And/Red)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top