Bubur Sunan Bonang, Takjil Khas Bulan Ramadhan Sudah Turun Temurun


71
Warga saar berebut bubur Sunan Bonang Tuban.

TUBAN, SUARADATA.com-Tradisi menyajikan takjil di setiap bulan suci Ramadan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tuban.

Salah satunya yaitu sebuah tradisi khas di kompleks makam Sunan Bonang, yang berada di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Kota Tuban, Jawa Timur, pada saat Bulan Ramadhan.

Tradisi khas tersebut adalah pembagian takjil gratis berupa bubur suro atau yang lebih dikenal dengan bubur Sunan Bonang untuk berbuka puasa. Pembagian takjil bubur Sunan Bonang setiap tahun selama Bulan Ramadhan ini ternyata sudah berlangsung sejak turun temurun. Bahkan, telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu.

Keberadaan tradisi khas ini pun dipelihara hingga saat ini, untuk melestarikan tradisi dan budaya baik yang ditinggalkan oleh Kanjeng Sunan Bonang tersebut.

Bubur yang lebih dikenal dengan sebutan bubur bonang ini, memiliki bahan baku di antaranya, beras, daging sapi, santan kelapa, garam, bumbu rempah, serta irisan bawang putih dan bawang merah. Sehingga, menjadikan bubur bonang beda dengan bubur pada umumnya, adalah campuran tulang sapi. Sebab kaldu yang di hasilkan dari rebusan tulang sapi ini, memberi rasa khas pada bubur bonang.

Proses memasak berlangsung cukup lama, sekitar tiga jam lebih. Dalam proses pembuatannya, bubur harus di aduk terus menerus, mulai dari proses awal sampai bubur jadi. Selanjutnya bubur yang telah matang di biarkan hingga menjelang waktu buka puasa. Makanan sederhana ini sangat di tunggu-tunggu warga sekitar, dan para musafir serta peziarah.

“Bubur ini merupakan tradisi turun temurun sejak zaman Sunan Bonang bedanya dari bubur yang lain karena ada campuran daging kambingnya atau daging sapi,” kata
Khumaidi, Takmir masjid Astana komplek makam Sunan Bonang, Selasa (4/4/2023).

Lebih lanjut pihaknya menyampaikan, setiap pukul 15.00 WIB masyarakat telat mulai memadati area masjid yang berdekatan dengan komplek Makam Sunan Bonang. Takjil Bubur Syuro ini dibagikan saat masih mengepul dan baru turun dari perapian kepada warga yang meminta dan jamaah Masjid Astana.

“Bubur ini rutin di sajikan selama bulan ramadhan, setiap harinya kita dapat memasak hingga dua wajan besar dan kita bagikan secara gratis, kepada warga yang meminta dan para jamaah,” tambahnya.

Sementara itu, salah seorang warga yang ikut mengantri Dini mengatakan, saat pembagian di mulai, baik anak-anak hingga orang dewasa berkumpul dan rela antri, demi mendapatkan sepiring bubur untuk takjil buka puasa.

“Ini antri bubur bonang, rasanya enak, tiap tahun antri bubur,” pungkasnya.(Sal/And/Red)


Like it? Share with your friends!

71
Suara Data Network
assalamualaikum

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *